Menyemai Kebaikan, Menuai Keberkahan di Bulan Ramadhan
*Hj. Nevi Zuairina
Senin, 24 Maret 2025 | Opini

Bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah, rahmat, dan ampunan. Setiap kali kita memasuki bulan suci ini, ada semangat baru yang tumbuh di dalam hati setiap muslim untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah, meningkatkan kualitas ibadah, dan menebar lebih banyak kebaikan kepada sesama.
Ramadhan bukan sekadar bulan menahan lapar dan dahaga, tetapi juga ajang untuk menyemai kebaikan yang kelak akan kita tuai dalam bentuk keberkahan, baik di dunia maupun di akhirat. Dalam banyak hadis disebutkan bahwa setiap amal baik yang dilakukan di bulan Ramadhan akan dilipatgandakan pahalanya. Inilah saat terbaik bagi kita untuk memperbaiki hubungan dengan Allah dan sesama manusia. Meningkatkan shalat berjamaah, memperbanyak tilawah Al-Qur'an, bersedekah, serta membantu mereka yang membutuhkan adalah wujud nyata dari menyemai kebaikan.
Khusus di Indonesia, membantu mayarakat yang belum memliki kemampuan untuk mudik, mewujudkan keinginan untuk bersilaturahim dengan keluarga menjadi sebuah amalan yang sangat berkesan.
Bagi masyarakat Indonesia yang dikenal dengan budaya gotong royong, moment Ramadhan semakin mempererat tali silaturahim dan kepedulian sosial. Berbagi makanan untuk berbuka puasa, memberikan bantuan kepada kaum dhuafa, hingga menyantuni anak yatim adalah bagian dari nilai-nilai yang harus terus kita pelihara.
Selain sebagai bulan ibadah, Ramadhan juga membawa keberkahan dalam aspek ekonomi. Aktivitas perdagangan meningkat, banyak UMKM yang berkembang, dan ekonomi umat bergerak lebih dinamis. Namun, keberkahan ekonomi ini harus dikelola dengan baik agar tidak hanya menguntungkan segelintir pihak tetapi juga memberikan manfaat luas bagi masyarakat.
Sebagai anggota DPR RI yang turut mengawal sektor energi dan lingkungan, saya melihat bahwa Ramadhan menjadi momen penting untuk meningkatkan kesadaran akan penggunaan energi yang lebih berkelanjutan. Pola konsumsi yang bijak, pengurangan penggunaan energi fosil, serta peningkatan kesadaran terhadap energi terbarukan adalah langkah yang dapat kita ambil untuk menjadikan Ramadhan lebih bermakna.
Ramadhan juga menjadi momen penting untuk memastikan bangkitnya ekonomi rakyat, dan kemudahan masyarakat untuk mudik lebaran. Pemerintah dan pemangku kepentingan harus bekerja sama agar tetap stabil dan terjangkau, sehingga tidak membebani masyarakat yang nantinya akan mudik lebaran.
Ramadhan juga mengajarkan kita untuk hidup lebih sederhana dan tidak berlebihan. Peningkatan konsumsi yang tidak terkendali mesti dihindari. Jangan sampai terjadi pemborosan makanan dan meningkatnya jumlah sampah.
Islam mengajarkan kita untuk bersikap bijak dalam mengelola sumber daya dan tidak melakukan pemborosan. Sebagai bagian dari Komisi XII, yang juga membidangi lingkungan hidup, saya mengajak seluruh masyarakat untuk menjadikan Ramadhan sebagai momen refleksi dalam menjaga kelestarian lingkungan. Kurangi penggunaan plastik sekali pakai, konsumsi makanan secukupnya, dan manfaatkan sumber daya alam dengan bijak. Dengan begitu, keberkahan Ramadhan tidak hanya terasa di bulan ini saja, tetapi juga berkontribusi pada kelestarian bumi yang kita tinggali.
Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Qur'an, sehingga menjadi waktu yang tepat untuk membangun generasi yang mencintai dan mengamalkan Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan agama harus menjadi prioritas, baik di lingkungan keluarga maupun di sekolah-sekolah.
Orang tua yang lebih aktif dalam mendidik anak-anak mereka dengan nilai-nilai keislaman yang kuat, akan menjadikan anak-anak mereka tumbuh menjadi generasi yang berakhlak mulia dan memiliki semangat untuk menyebarkan kebaikan.
Di Sumatera Barat, saya melihat banyak komunitas dan pesantren yang aktif dalam menyelenggarakan program-program tahfidz dan kajian Islam selama Ramadhan. Ini adalah langkah yang sangat baik dan perlu didukung oleh semua pihak. Dengan membangun generasi Qur’ani, kita sedang menanam investasi keberkahan bagi masa depan bangsa.
Setelah Ramadhan berakhir, sering kali semangat beribadah dan berbuat baik ikut meredup. Padahal, salah satu indikator keberhasilan Ramadhan adalah bagaimana kita bisa mempertahankan nilai-nilai kebaikan yang telah kita tanam selama bulan suci ini.
Jangan sampai kebiasaan baik seperti shalat tepat waktu, tilawah Al-Qur'an, sedekah, dan kepedulian sosial hanya menjadi rutinitas musiman yang berakhir setelah Idul Fitri. Kita harus berupaya untuk menjadikan semangat Ramadhan sebagai bagian dari gaya hidup sehari-hari. Dengan begitu, keberkahan yang kita dapatkan selama bulan suci ini akan terus mengalir dalam kehidupan kita sepanjang tahun.
Ramadhan adalah waktu terbaik untuk menyemai kebaikan dalam berbagai aspek kehidupan. Baik dalam ibadah, hubungan sosial, ekonomi umat, kepedulian lingkungan, maupun pendidikan generasi mendatang. Dengan menanamkan nilai-nilai keislaman dan berbagi keberkahan kepada sesama, kita bukan hanya mendapatkan pahala, tetapi juga membangun masyarakat yang lebih harmonis dan sejahtera.
Mari kita jadikan Ramadhan tahun ini sebagai ajang perubahan menuju kehidupan yang lebih baik. Semoga segala kebaikan yang kita lakukan di bulan yang penuh berkah ini menjadi investasi berharga bagi kehidupan dunia dan akhirat kita. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin.
*Anggota DPR RI Komisi IV, Dapil Sumbar II
Opini Terkait
- Musfi Yendra: Penyelesaian Sengketa Informasi Publik
- Ibnu Sectio Caisaria, Havina Mirsya 'Afra: Menyoal Nagari Creative Hub Ala Mahyeldi-Vasko
- Nevi Zuairina Irwan Prayitno: Pemerintah Provinsi Harus Jalin Sinergi Lintas Kepala...
- Musfi Yendra: Standar Layanan Informasi Publik
- Musfi Yendra: Keterbukaan Informasi Publik Nagari
Menyoal Nagari Creative Hub Ala Mahyeldi-Vasko
Opini - 20 Maret 2025
Oleh: Ibnu Sectio Caisaria, Havina Mirsya 'Afra
Pemerintah Provinsi Harus Jalin Sinergi Lintas Kepala...
Opini - 03 Maret 2025
Oleh: Nevi Zuairina Irwan Prayitno