Meriah dan Disambut Antusias, Dialog Kebudayaan Angkatan Pertama Sukses Digelar

"Saya tidak pernah belajar menulis, juga tidak pernah belajar di kelas tentang jurnalistik. Saya belajar di alam atau secara otodidak saja, seperti membaca tulisan orang, membaca bagaimana berita yang bagus. Menulis itu bukan mengarang, karena kalau mengarang tidak akan pernah selesai. Untuk menulis, perlu bahan, untuk bahan perlu riset atau membaca. Menulis kebudayaan ini bisa apa saja, misalnya ada sesuatu yang menarik di suatu daerah, itu adalah kebudayaan. Sedangkan untuk mengasah cara menulis perlu juga untuk mengasah insting dan kepekaan terhadap sesuatu," ungkap Khairul.
"Apa yang disebut adat dan apa yang akan ditulis tentang adat, kita harus punya materi terlebih dahulu. Kalau kebudayaan apa yang mau ditulis, karena kebudayaan itu luas, apakah tentang gaya berpakaian, kebudayaan matrilineal, apapun itu kita harus punya materi," lanjutnya.
Acara ini sesungguhnya merupakan bentuk perhatian Dinas Kebudayaan melalui pokir anggota DPRD dari fraksi Gerindra, Hidayat kepada anak-anak muda terhadap keberlangsungan nilai-nilai adat dan budaya di Sumatera Barat, terutama di zaman digital seperti sekarang ini.
Baca juga: Layanan Publik Sumbar Kian Efisien Lewat Sistem Keprotokolan Baru
"Motivasi kami mengusulkan program ini di pemerintahan Provinsi Sumatera Barat berangkat dari riset dan observasi sederhana, juga berdasarkan hasil rapat kerja kami dengan pemerintah daerah Provinsi Sumatera Barat plus hasil aspirasi yang kami tampung langsung di tengah masyarakat, serta berbagai informasi. Atas dasar itu, ada beberapa poin yang menjadi kegelisahan bagi kami terkait persoalan identitas Sumatera Barat," jelas Hidayat.
"Karakteristik budaya yang sedang dialami oleh tatanan sosial budaya masyarakat Sumatera Barat yaitu potensi mulai merenggangnya apresiasi, interaksi dan atraksi serta harmonisasi keberagaman budaya lintas suku dan etnik, sebagai elemen perekat kehidupan berbangsa dan bernegara. Potensi berikutnya yaitu mulai tidak akrabnya generasi sekarang dalam menggunakan bahasa daerah, mengenal adat istiadat dan sejarah daerah. Ini yang saya khawatirkan, dimaana generasi muda sekarang tidak akrab terkait persoalan kekayaan warisan budaya daerah sendiri," sambungnya.
Hidayat mengatakan bahwasanya dialektika persoalan sosial kebudayaan perlu dicoba untuk disemarakkan, perlu untuk ditradisikan menjadi adaptasi kebiasaan baru, agar bangsa ini mampu bersanding dan sejajar dengan negara-negara maju. Perlu untuk berdiri tegak, karena tidak ada jalan lain, perlu untuk merawat, melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai kearifan lokal atau nilai-nilai kebudayaan milik Sumatera Barat. (bi/Melva)
Penulis: Imel
Editor: BiNews
Berita Terkait
- Gubernur Mahyeldi Ajak Warga Sumbar Resapi Pesan Presiden untuk Bangun Daerah
- Layanan Publik Sumbar Kian Efisien Lewat Sistem Keprotokolan Baru
- Empat Wajib Pajak Dapat Hadiah Umrah, Pemprov Sumbar Dorong Digitalisasi Pajak
- Generasi Muda SMK Sumbar Dibekali Kepemimpinan dan Keterampilan Global
- Sumbar Siap Jadi Green Province 2026, Targetkan Investasi Hijau Rp120 Triliun