Minyak Kayu Putih, Sumber Ekonomi Baru Masyarakat di Tanjung Bonai Aur

"Produk minyak kayu putih yang dihasilkan belum maksimal. Ada beberapa catatan dari konsumen yang harus dievaluasi seperti aroma dan warna yang dihasilkan dianggap masih perlu perbaikan untuk peningkatan kualitas produk," kata Irma KUPS Bukik Godang.
Minimnya akses jalan menuju ladang kayu putih juga menjadi kendala. Berjarak 6 Km dari pemukiman dengan kondisi jalan tanah setapak. Tentu menghambat keefektifan waktu menuju ladang, yang biasa ditempuh 45 menit menggunakan sepeda motor. Jika pasca hujan mengharuskan jalan kaki dengan memakan waktu satu sampai satu setengah jam.
Terakhir, belum adanya sarana transportasi yang mendukung. Selama ini, petani mengandalkan motor untuk mengangkut kayu putih dari ladang menuju rumah produksi. Ini tentu berdampak pada bergugurannya daun kayu putih yang dibawa mengingat akses jalan tertutup pepohonan dan semak belukar.
Baca juga: Jangan Abaikan Rambu, KAI Minta Masyarakat Utamakan Keselamatan di Perlintasan Sebidang KA
Menyadari hambatan-hambatan itu, masyarakat Tanjung Bonai Aur tidak lantas berhenti. Saat ini masyarakat tengah belajar untuk meningkatkan kualitas produk dan ladang kayu putih. KKI Warsi yang mendampingi masyarakat di Tanjung Bonai Aur mengadakan pelatihan untuk peningkatan kapasitas masyarakat melalui penguatan kelembagaan. Pelatihan ini mengajak masyarakat untuk melihat akar permasalahan, mengatasi tantangan pengelolaan tanaman kayu putih berbasis data dan rasionalitas dalam merumuskan strategi pemecahan masalah.
"Salah satu program di Warsi ialah Strengthening the Root atau penguatan akar rumput satu agenda yang kita cita-citakan bersama. Yang mana luarannya kelompok masyarakat ini dapat mengajukan proposal pendanaan sendiri kepada berbagai pihak,," kata Wakil Direktur KKI Warsi Rainal Daus.
Akar rumput yang dimaksud ada orang-orang yang berada paling dekat dengan sumber daya alam. Saat ini, ada 11 kelompok yang dilatih KKI Warsi untuk menggalang sumber-sumber pendanaan lokal. Dari 11 yang telah dilatih, LPHN TBA dan KUPS Bukik Godang yang pertama melakukan ekspos proposal atau peninjauan proposal secara bersama-sama melibatkan kelompok dan pemerintahan nagari. Diharapkan melalui pelatihan ini, kelompok pengelola terbiasa menyusun proposal dengan data yang akurat guna mendukung usaha perhutanan sosial yang sedang dilakukan. (bi/mel)
Penulis: Imel
Editor: BiNews