Mengenal Marah Rusli yang Namanya Diresmikan sebagai Jalan di HJK Padang ke-355

Senin, 05 Agustus 2024, 17:20 WIB | Hiburan | Kota Padang
Mengenal Marah Rusli yang Namanya Diresmikan sebagai Jalan di HJK Padang ke-355
Marah Roesli. IST
IKLAN GUBERNUR

PADANG, binews.id -- Kisah roman Siti Nurbaya tentu sudah tak asing bagi masyarakat Padang. Kepopuleranya seakan tak lekang oleh zaman. Namun, belum banyak yang akrab dengan sosok pengarang roman tersebut, Marah Rusli.

Dalam momen peringatan Hari Jadi Kota (HJK) Padang ke-355, Pemerintah Kota Padang mengabadikan nama Marah Rusli sebagai ruas jalan di Kelurahan Belakang Tangsi, Kecamatan Padang Barat. Peresmiannya berlangsung pada Senin (5/8/2024) pagi.

Mengutip buku Ensiklopedia Tokoh 1001 Orang Minang, Marah Rusli lahir di Padang pada 7 Agustus 1889 di Padang dari keluarga bangsawan. Ayahnya bernama Sutan Abu Bakar, seorang demang, yang masih keturuan Raja Pagaruyung. Adapun ibunya berdarah Jawa, keturunan Sentot Alibasyah, salah seorang panglima perang Pangeran Diponegoro.

Meskipun lebih dikenal sebagai sastrawan, sesungguhnya Marah Rusli adalah seorang dokter hewan. Ia masuk Sekolah Dokter Hewan di Bogor dan tamat pada tahun 1915.

Baca juga: Permudah Akses Perbankan untuk UMKM, Pemko Padang Bersinergi dengan CIMB Niaga

Minat Marah Rusli terhadap sastra sudah tumbuh sejak ia masih kecil. Selain gemar membaca buku, ia juga senang mendengarkan cerita-cerita dari tukang kaba yang berkeliling kampung. Romannya Siti Nurbaya yang melegenda sebenarnya berlatar pengalamannya.

Pada 1911, ketika masih bersekolah di Bogor, Marah Rusli kawin dengan seorang gadis Sunda kelahiran Bogor, Nyai Raden Ratna Kencana Wati. Perkawinan tersebut tidak diketahui oleh keluarga sehingga menyebabkan orangtuanya meminta dia kembali ke Padang.

Saat di Padang, Marah Rusli dinikahkan orangtuanya dengan wanita Minang. Sebagai anak, ia tidak dapat mengelak rencana tersebut. Pernikahan akhirnya berlangsung. Namun, begitu acara pernikahan selesai, ia langsung menjatuhi talak tiga dan meninggalkan Padnag. Hal tersebut membuat orangtuanya marah.

Di Jawa, Marah Rusli kembali menekuni profesinya sebagai dokter hewan. Semula, ia bertugas di Sumbawa Besar. Ia pernah menjadi Kepala Perhewanan di Bima tahun 1916. Tahun 1918, ia pindah ke Bandung untuk menjabat Kepala Peternakan Hewan Kecil. Tidak lama kemudian, ia pindah ke Blitar dan menjadi Kepala Perhewanan Daerah. Tahun 1920, ia kembali ke Bogor karena diangkat menjadi asisten leraar (dosen) pada Sekolah Kedokteran Hewan, almamaternya.

Baca juga: Disdikbud Kota Padang Jalin Kerja Sama Pengelolaan Keuangan dengan BRI

Pada tahun 1921, ia menjadi dokter hewan di Jakarta. Empat tahun kemudian ia pindah ke Balige, Tapanuli, Sumatra Utara. Keriernya terus berlanjut hingga pasca-kemerdekaan, sembari tetap menulis.

Halaman:
Marhaban ya Ramadhan 2025

Penulis: Imel
Editor: BiNews

Bagikan: