Menuju Sumbar Tangguh Bencana, Gubernur Mahyeldi Fokus Maksimalkan Mitigasi dan Minimalisir Dampak

Kamis, 12 September 2024, 16:45 WIB | Peristiwa | Kota Padang
Menuju Sumbar Tangguh Bencana,   Gubernur Mahyeldi Fokus Maksimalkan Mitigasi dan...
Menurut Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah, hal tersebut dilakukan untuk membuat Sumbar menjadi lebih sadar dan tangguh bencana. IST

Selain itu, 7 kabupaten/kota yang berada di pesisir pantai Samudera Hindia, hendaknya dapat meningkatkan kerjasama dengan seluruh stakeholder kebencanaan untuk mitigasi bencana.

Upaya kesiapsiagaan dan mitigasi yang telah dilakukan di antaranya menyediakan selter atau Tempat Evakuasi Sementara (TES) di sepanjang wilayah pesisir. Saat ini sedikitnya tersedia 62 selter tersebar di pesisir Sumbar.

Selter itu berada di bagian atas bangunan yang ditetapkan, seperti masjid, sekolah, hotel dan perkantoran. Selter yang telah ada hendaknya dikelola dengan baik dan dipelihara serta dirawat agar terjaga kebersihannya.

Baca juga: Tim UNP All Stars Tundukkan Tim UPSI Malaysia dalam Laga Antarnegara

"Pembangunan sekolah di daerah rawan bencana harus dilengkapi dengan selter di bagian atas bangunan sebagai lokasi evakuasi saat terjadi gempa berpotensi tsunami. Selain sekolah, beberapa hotel, mesjid dan gedung perkantoran di Kota Padang juga dilengkapi dengan selter," jelas Rudy.

BPBD Sumbar juga memasang 42 unit Early Waring Systen (EWS) pada 6 kabupaten/kota di pesisir kecuali Mentawai. Untuk Mentawai, Langkah mitigasi dilakukan dengan menerapkan kearifan lokal, seperti mengajak masyarakat evakuasi ke dataran tinggi jika terjadi gempa. Lalu 9 di antara 42 EWS itu adalah EWS inklusi sebagai pedoman bagi masyarakat penyandang disabilitas.

"Ke depan, kita tengah mempersiapkan pengadaan 300 EWS termasuk EWS inklusi yang akan di pasang pada seluruh kabupaten/kota," katanya.

Selanjutnya, pembuatan garis biru batas aman tsunami (Tsunami Safe Zone) pada sejumlah ruas jalan di daerah rawan gempa berpotensi tsunami. Kota Padang sudah memiliki garis biru ini pada beberapa titik sebagai tanda bagi masyarakat untuk tidak perlu evakuasi lebih jauh bila telah berada pada zona yang termasuk garis biru ini.

Dan tak kalah pentingnya adalah simulasi bencana gempa dan tsunami. Masyarakat harus menyiapkan diri menghadapi bencana, termasuk pengetahuan terkait kebencanaan juga peralatan kegawatdaruratan. Simulasi harus dilakukan berulang-ulang agar saat terjadi bencana, risiko dapat diminimalisir karena masyarakat sudah paham yang harus dilakukannya.

"Latihan atau simulasi bencana ini bukan hanya latihan sekali seumur hidup, tapi harus menjadi budaya dan pelajaran seumur hidup. Karena kita semua tahu, Sumbar adalah daerah rawan bencana, semua jenis bencana ada di Sumbar. Khusus gempa, kita tidak bisa memprediksi kapan terjadinya," jelas Rudy.

Jadi, menyikapi isu potensi megathrust itu, sebaiknya fokus pada upaya meningkatkan kesiapsiagaan mulai dari tingkat keluarga, memastikan rencana evakuasi mandiri, jalur evakuasi, memelihara selter dan melatih kembali komunikasi risiko berbasis komunitas.

Halaman:

Penulis: Imel
Editor: BiNews

Bagikan: