Gali Nilai Kawin Bajapuik Antarkan Yenny jadi Doktor Ilmu Hukum

PADANG, binews.id --- Nilai Kawin Bajapuik' di Pariaman Sumatera Barat tidak pameo lagi, dia telah membudaya dan mengakar secara turun termurun. Tradisi 'Kawin Bajapuik' seperti petuah adat di tidak lakang dek paneh indak lapuak karano hujan,
Sangat banyak literasi terkait kawin bajapuik di Pariaman itu. Selalu ada celah bagi siapa saja peneliti untuk menggali sistem perkawinan yang unik dan menjadi plesetan orang mana, orang Padang, ooo dibeli ya laki-lakinya. Adalah Yenny Febrianty Lulusan Strata 3 Universitas Diponegoro Semarang mengangkat tradisi ini di disertasinya berjudul 'Perlindungan Nilai Tradisi Perkawinan Bajapuik Pada Masyarakat Pariaman Di Sumatera Barat Dalam Menghadapi Dampak Globalisasi'. Topik inilah mengantarkan Alumni SMA Negeri 2 Padang itu meraih jenjang tertinggi akademis yaitu Doktor, yang 20 Juni 2020 disetujui oleh Promotornya, Prof. Dr. F.X. Adji Samekto, SH.Mhum dan Co-Promotor Dr Sukirno SH Mhum
Menurut Yenny Rabu 5 Agustus 2020 di Padang, globaliasi di Indonesia sudah lama terjadi dengan misi penyebaran agama oleh bangsa di Asia dan juga misi perdagangan rempah-rempah bangsa Eropah yang akhirnya melakukan penjajahan di bumi nusantara ini,
"Tapi globalisasi tidak bisa ditahan dan tidak bisa dihindari terjadi pada akhir abad ke-20 teknologi komunikasi dan informasi mangkus memperpendek jarak dan mempercepat waktu, sehingga mengakibatkan perubahan yang sangat luar biasa. Media televisi dan handphone serta kini smartphone menyeruak sampai ke pelosok negeri, menjadikan orang mulai berpikir dan bertindak lebih rasional, efektif dan efesien, sehingga kalau tidak dilakukan secara bijaksana pada gilirannya akan menggerus orisinalitas budaya lokal,"ujar Yenny di Padang.
Maraknya globalisasi yang mampu menerobos ke ruang privat publik juga membuat kekhawatiran kalangan tua yang tetap kokoh mempertahankan orisinalitas budaya lokal mulai, kekinian perilaku generasi milenial sudah terpapar karena budaya barat yang mendompleng di kemajuan digatlisasi tersebut.
"Kaum tua nilai-nilai budaya yang menumpang arus globalisasi itu menjadi ancaman bagi budaya lokal yang bermuatan nilai-nilai asli yang patut dilestarikan dan dipertahankan.
Menengok sejarah globalisasi, nilai-nilai yang datang tidak akan begitu saja diterima tetapi selalu terkait dengan kekuasaan dan kekuatan, baik ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi dan politik. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih unggul, kekuatan ekonomi yang mapan, dan kekuasaan dan kekuatan yang dipunyai akan melancarkan penetrasi nilai-nilai pada masyarakat lain yang segala sesuatunya lebih lemah,"ujarnya.
Terkait itu kata Yenny Febrianty, entitas masyarakat lokal sebagai pendukung kebudayaan tidak akan mampu menahan nilai-nilai homogenitas dari globalisasi tanpa campur tangan dan fasilitasi dari pemerintah.
Baca juga: Wakil Ketua DPRD Pasaman Danny Ismaya Hadiri Acara Tradisi Balimau
"Pemerintah mempunyai tugas untuk memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradapan dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya, sebagaimana diatur dalam Pasal 32 UUD NRI 1945. Keragaman kebudayaan daerah merupakan kekayaan dan identitas bangsa yang sangat diperlukan untuk memajukan kebudayaan nasional,"ujarnya.
Penulis: Imel
Editor: BiNews
Berita Terkait
- Setelah 49 tahun, Bundo Kanduang Sumbar akhirnya memiliki rumah Gadang
- Rang Agam Terpilih Jadi Uda Uni Duta Wisata Sumbar 2021
- Kemenko Marves Sepakat Fasilitasi Pembangunan RDF di TPA Aie Dingin
- Verifikasi Faktual, Tim Dewan Pers Pusat Sambangi Redaksi Media Online binews.id
- Dr Aqua Dwipayana: Rapat via Zoom Sering Tidak Efektif
Wabup Candra Buka Musda DPD KNPI Kabupaten Solok ke XIV Tahun 2025
Gaya Hidup - 26 Februari 2025
Dekranasda Kota Padang Tampilkan Produk Unggulan di INACRAFT 2025
Gaya Hidup - 07 Februari 2025