Dokter Spesialis Anak di SPH Ingatkan Para Orang Tua Jangan Anggap Remeh Speech Delay pada Anak

- 24 bulan, Ekspresif: Belum bisa kalimat 2 kata, reseptif: Belum mengikuti perintah
- 36 bulan, Ekspresif: belum kalimat sederhana, reseptif: belum bisa menjawab pertanyaan sederhana
- 42 bulan, Ekspresif: belum bercerita sederhana, reseptif: belum mengenal bagian tubuh
- 60 bulan (5 tahun), ekspresif: bicara tidak dimengerti.
"Dari tanda-tanda tersebut diatas, ibu harus mewaspadai sejak dini agar tidak terjadi keterlambatan bicara pada si Kecil secara berkelanjutan," ujarnya.
Sementara itu, untuk memastikan anak terkena speech delay atau tidak, maka perlu dilakukan pemeriksaan oleh dokter pada anak. Pada awalnya dilakukan skrining pendengaran guna memastikan ada atau tidak adanya kelainan organ bicara atau anggota tubuh lain. Kemudian dilakukan juga test pendengaran dengan Oto Acustic Emission (OAE) dan atau Brain Evoked Respons auditory (BERA). Atau dapat juga dengan menggunakan instrumen tes daya dengar (TTD) sesuai usia(Kemenkes 2014)
"Jika memang ada indikasi tersebut, maka hal tersebut bisa disembuhkan bila segera dilakukan pemeriksaan dan bantuan terapi untuk speech delay," terangnya.
Selain menerima untuk pengobatan dan perawatan bagi pasien yang sakit, SPH juga memiliki ahli tumbuh kembang anak, kemudian didampingi oleh ahli Rehabilitisasi medis serta terapis fisioterapi untuk speech delay. Terapi ini dapat dijangkau oleh semua kalangan dan dibiayai oleh semua asuransi sesuai kebutuhan termasuk BPJS.
"SPH juga memiliki fisioterapi dengan terapis berpengalaman yg dapat membantu serta melatih penderita speech delay," katanya.
Dokter Dhina mengimbau agar orang tua harus selalu memperhatikan tumbuh kembang anak. Jangan abai dengan hal tersebut karena speech delay nantinya dapat mengganggu masa depannya.
"Cegah sebelum terlambat, terlibat dalam pembelajaran pada anak-anak kesayangan Anda. Batasi screen time yaitu kurang dari 2 jam. Bila perlu, lakukan skrining pada balita anda, dan konsultasikan anak anda ke dokter Anak terpercaya," tutur dokter Dhina. (*/m)
Penulis: Imel
Editor: BiNews
Berita Terkait
- Minim Terapis dan Batasan BPJS Jadi Keluhan Orang Tua Anak CP di Sumbar
- Diisi Kuliah Umum Menkes Budi Gunadi Sadikin, 12.390 Mahasiswa Baru Ikuti Kegiatan PKKMB UNP 2025
- PT Semen Padang Salurkan Bantuan Stunting Rp80,5 Juta, Perkuat Sinergi dengan BKKBN dan Dukung Asta Cita Presiden
- PT Semen Padang-BSI Kolaborasi Bahas Mental Health: Cegah Game Addiction Hingga Turunnya Produktivitas
- UNP dan Yayasan Jantung Indonesia Luncurkan Klub Jantung Sehat, Dorong Gaya Hidup Aktif di Kampus