Dosen Sastra Minangkabau Unand Hasanuddin : Silek Perlu Dibudayakan sebagai Warisan Adat dan Budaya
Lanjutnya, peran para ninik mamak nagari sebagai pemilik silek sebagai suntiang juga dibutuhkan. Tak hanya itu, para guru/ tuo silek, kapalo mudo, anak sasian, pemuka masyarakat lainnya, alim ulama, cadiak pandai, bundo kanduang, dan unsur masyarakat lainnya.
"Hikmah dan iktibar dari falsafah alam, manusia menata kehidupan bermasyarakat mereka, hidup dalam dialektika harga diri vs budi. Konflik diatasi dengan Silek (keterampilan fisik dan diplomasi)," tuturnya.
Sebagai implementasi falsafah alam takambang jadi guru, semua orang adalah pandeka, baik fisik maupun diplomasi, termasuk para ulama, nan buto pahambuih lasuang, nan lumpuah paunyi jamue, nan kuaik pambao baban.
"Dulu banyak parewa, biasanya pandeka, tapi kalau di masjid/ surau tidak ada muazin dia yang melantunkan azan, kalau tidak ada imam dia tampil jadi imam, dan kalau tidak ada khatib pun dia tidak akan biarkan salat jumat batal karena tidak ada khatib.
"Semua itu adalah buah dari sistem pendidikan surau, lapau, dan sasaran, sistem pdd yang komprehensif. Intinya adalah surau sebagai lembaga pendidikan sentral (didukung rumah gadang, lapau, sasaran, tapian, dll) dan silek sebagai konten pdd karakter," tuturnya. (*/bi)
Penulis: Imel
Editor: BiNews
Berita Terkait
- Alek Nagari Berok Nipah, Menuju Integrasi Masyarakat Multikultural
- Serahkan 10 Bentor, Evi Yandri Dorong Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat
- Jadi Irup Hari Sumpah Pemuda, Wagub Sumbar Ajak Pemuda Untuk Bergerak Wujudkan Indonesia Maju
- Fadly Amran Dorong Gebu Minang Padang Berperan Kurang Angka Pengangguran
- Fadly Amran: Batagak Penghulu Bukan Hanya Seremoni Adat, Tapi Pengukuhan Tanggungjawab Besar








