Inflasi di Provinsi Sumatera Barat Meningkat pada Mei 2023: Penyebab dan Dampaknya pada Ekonomi Regional

Senin, 05 Juni 2023, 15:36 WIB | Ekonomi | Kota Padang
Inflasi di Provinsi Sumatera Barat Meningkat pada Mei 2023: Penyebab dan Dampaknya pada...
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Barat merilis data mengenai perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) di dua kota di provinsi tersebut pada bulan Mei 2023. IST

PADANG, binews.id -- Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Barat merilis data mengenai perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) di dua kota di provinsi tersebut pada bulan Mei 2023. Menurut data resmi yang dirilis oleh BPS, terjadi inflasi pada IHK gabungan dua kota tersebut. Pada bulan Mei 2023, inflasi IHK umum Sumatera Barat mencapai 0,38% (mtm), mengalami peningkatan dibandingkan dengan bulan April 2023 yang mengalami deflasi sebesar -0,03% (mtm). Secara tahunan, tingkat inflasi pada Mei 2023 sebesar 4,19% (yoy), mengalami penurunan dibandingkan dengan tingkat inflasi bulan April 2023 yang mencapai 5,24% (yoy).

Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sumatera Barat, Endang Kurnia Saputra, menyebut, secara spesifik, Kota Padang mengalami inflasi sebesar 0,40% (mtm) pada Mei 2023. Hal ini menandai peningkatan dibandingkan dengan periode sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar -0,03% (mtm). Data ini menempatkan Kota Padang pada peringkat ke-18 dari 77 kota di Indonesia yang mengalami inflasi. Secara tahunan, inflasi Kota Padang mencapai 4,26% (yoy), mengalami penurunan dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan menempatkannya pada peringkat ke-34 dari 90 kabupaten/kota di Indonesia yang mengalami inflasi. Sementara itu, Kota Bukittinggi mengalami inflasi sebesar 0,18% (mtm) pada bulan Mei 2023, mengalami peningkatan dari angka inflasi bulan sebelumnya yang mencapai 0,06% (mtm). Inflasi Kota Bukittinggi menempatkannya pada peringkat ke-55 dari 77 kota di Indonesia yang mengalami inflasi. Secara tahunan, tingkat inflasi Kota Bukittinggi mencapai 3,56% (yoy), mengalami penurunan dan menempatkannya pada peringkat ke-67 dari 90 kota di Indonesia yang mengalami inflasi.

"Penyebab inflasi pada Mei 2023 di dua kota di Sumatera Barat disebabkan oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami inflasi sebesar 0,55% (mtm) dan memberikan andil sebesar 0,17% (mtm). Inflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau ini terjadi akibat kenaikan harga komoditas seperti daging ayam ras, bawang merah, jengkol, kelapa, dan bawang putih dengan andil masing-masing sebesar 0,15%; 0,03%; 0,03%; 0,02%; 0,02% (mtm). Peningkatan harga komoditas pangan strategis di Sumatera Barat ini didorong oleh meningkatnya permintaan terutama dari rumah makan/restoran setelah bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Inflasi tersebut tertahan oleh penurunan harga komoditas cabai merah, cabai hijau, kentang, petai, dan terong," katanya.

Kelompok transportasi juga memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,13% (mtm) dengan tingkat inflasi sebesar 0,82% (mtm). Inflasi pada kelompok ini disebabkan oleh kenaikan tarif angkutan udara sebesar 11,21% (mtm). Laju inflasi pada kelompok transportasi ini tertahan oleh penurunan tarif angkutan antar kota, kendaraan carter/rental, dan tarif kendaraan travel yang mengikuti normalisasi permintaan setelah Hari Raya Idul Fitri.

Baca juga: Sektor Jasa Keuangan Sumbar Tumbuh Positif, Dorong Pertumbuhan Ekonomi Regional

Selain itu, kelompok kesehatan juga mengalami inflasi sebesar 1,91% (mtm) dengan andil 0,03% (mtm). Salah satu faktor yang mempengaruhi inflasi pada kelompok ini adalah kenaikan tarif rumah sakit sebesar 0,02% (mtm). Secara umum, inflasi yang terjadi di dua kota di Sumatera Barat pada Mei 2023 disebabkan oleh kenaikan harga berbagai komoditas pangan yang sejalan dengan peningkatan permintaan, terutama dari rumah makan/restoran dan layanan katering untuk keperluan pesta pernikahan dan acara besar. Selain itu, kenaikan tarif angkutan udara juga menjadi faktor utama dalam laju inflasi seiring dengan permintaan masyarakat yang masih tinggi pada periode arus balik Lebaran. Di sisi lain, penurunan harga beberapa komoditas hortikultura dan tarif angkutan darat di Sumatera Barat memberikan penahan terhadap inflasi secara umum.

Menurunnya tekanan inflasi secara tahunan didukung oleh kerja sama yang baik dari Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumatera Barat dalam mengendalikan harga, memastikan ketersediaan pasokan, dan kelancaran distribusi. Beberapa upaya pengendalian inflasi daerah yang dilakukan pada bulan Mei 2023 antara lain: pemantauan harga dan pasokan oleh satuan tugas pangan dan pemerintah daerah di berbagai pasar kabupaten/kota, penguatan koordinasi TPID Sumatera Barat dalam mengatasi risiko pendorong inflasi, terutama menjelang musim kemarau, pelaksanaan operasi pasar/pasar murah dan perluasan jangkauan Sistem Pantau Harga Pangan (SPHP) di seluruh kabupaten/kota, komunikasi efektif melalui sosialisasi mengenai belanja bijak dan diversifikasi konsumsi serta produk olahan melalui berbagai saluran media, serta optimalisasi peran Badan Urusan Logistik (Bulog) sebagai pusat logistik pangan dan Terminal Titik Inflasi Core (TTIC) dalam upaya distribusi komoditas pangan.

"Ke depannya, TPID Provinsi dan kabupaten/kota berkomitmen untuk terus memperkuat sinergi guna mengendalikan inflasi IHK dalam sasaran yang telah ditetapkan. Sinergi ini akan terus ditingkatkan melalui implementasi program Gerakan Nasional Percepatan Inflasi Provinsi (GNPIP) Sumatera Barat tahun 2023. Dengan menjaga inflasi tetap terkendali, diharapkan dapat mendukung upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi menuju Sumatera Barat yang maju dan berkelanjutan," tuturnya. (bi)

Penulis: Imel
Editor: BiNews

Bagikan: