BNPB Catat Tujuh Kejadian Bencana Signifikan, Karhutla di Sumatera Kian Meluas

Selasa, 22 Juli 2025, 10:48 WIB | Peristiwa | Nasional
BNPB Catat Tujuh Kejadian Bencana Signifikan, Karhutla di Sumatera Kian Meluas
Karhutla

Sementara itu, wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara memasuki puncak musim kemarau dengan suhu siang hari cukup tinggi dan potensi minim hujan. Di sisi lain, wilayah Papua dan sebagian Maluku Utara masih memiliki potensi hujan ringan hingga sedang, terutama pada siang hingga sore hari.

Dalam periode ini, potensi bencana hidrometeorologi kering menjadi perhatian utama, terutama kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dan kekeringan meteorologis. Hasil monitoring satelit dari ruang command center Pusdalops BNPB, titik panas (hotspot) terpantau meningkat di wilayah Riau, Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Jambi dengan intensitas lebih dari 150 titik per hari. Situasi ini diperparah oleh angin kencang dari arah tenggara yang mempercepat penyebaran api dan menyulitkan pemadaman di lapangan.

Di sisi lain, kekeringan meteorologis dengan indikator Hari Tanpa Hujan (HTH) ekstrem, yakni lebih dari 31 hari, terpantau di wilayah NTB, NTT, Bali, dan sebagian Jawa Timur. Beberapa wilayah seperti Pulau Sumba, Pulau Timor, dan sebagian Lombok berpotensi mengalami penurunan ketersediaan air secara signifikan.

Sementara itu, potensi tanah longsor dan gerakan tanah masih tergolong rendah hingga sedang, terutama di wilayah dataran tinggi Papua dan beberapa titik rawan di Sulawesi Tengah seperti Palu dan Parigi Moutong.

Meski curah hujan relatif rendah, kondisi geologi labil dan sisa kelembaban tanah di kawasan perbukitan tetap berisiko memicu longsoran lokal, terutama saat terjadi hujan singkat dengan intensitas sedang.

Menanggapi potensi bencana tersebut, sejumlah langkah mitigasi dan penanganan menjadi prioritas utama. Khusus mengenai penanggulangan karhutla, Kepala BNPB Letjen TNI Dr. Suharyanto S.Sos., M.M., telah mengintruksikan kepada seluruh kepada daerah yang terdampak agar menerbitkan status tanggap darurat. Sesuai rencana, Kepala BNPB akan menuju Riau untuk memimpin Rakor Karhutla besok pagi, Senin (21/7).

BNPB dan instansi terkait serta unsur forkopimda di daerah terus berkomitmen untuk memperkuat patroli terpadu bersama BPBD, TNI, Polri, Manggala Agni, Tagana dan kelompok masyarakat peduli api (MPA) dan lintas sektor lainnya.

Lebih lanjut, khusus di daerah dengan status siaga darurat, seperti Riau, Kalimantan Barat, dan Toba, langkah penanganan darurat baik darat dan udara terus dilakukan, termasuk upaya operasi modifikasi cuaca (OMC) untuk mempercepat hujan buatan.

Selain itu, posko lapangan karhutla dan alat pemadam cepat telah diaktifkan di daerah rawan. Untuk mengantisipasi kekeringan, pemerintah daerah bersama BPBD melakukan pendataan dan distribusi air bersih, serta memobilisasi bantuan logistik dan suplai irigasi darurat.

Di sisi lain, BNPB meminta masyarakat untuk lebih bijak dalam penggunaan air dan mulai beradaptasi dengan pola pertanian tahan kering. Terkait potensi gerakan tanah, sosialisasi kepada warga yang tinggal di lereng perbukitan harus terus dilakukan oleh pemerintah daerah setempat, termasuk pemantauan visual dan penggunaan sensor tanah sebagai sistem deteksi dini.

BNPB mengimbau masyarakat dan pemerintah daerah untuk terus memantau peringatan dini dari lintas instansi terkait melalui situs resmi, media sosial, maupun aplikasi mobile. Dalam menghadapi kondisi musim kemarau yang diprediksi berlangsung hingga akhir September, peran aktif seluruh elemen, baik pemerintah, masyarakat, maupun dunia usaha, sangat penting dalam menjaga ketahanan lingkungan, mengurangi risiko bencana, dan memastikan keselamatan jiwa serta keberlanjutan kehidupan masyarakat. (bi/rel/mel)

Halaman:
1 2

Penulis: Imel
Editor: Imel

Bagikan: