Inflasi Tinggi dan Kredit Melambat, BI Sumbar Soroti Ketahanan Ekonomi Daerah

Sabtu, 29 November 2025, 10:55 WIB | Ekonomi | Kota Padang
Inflasi Tinggi dan Kredit Melambat, BI Sumbar Soroti Ketahanan Ekonomi Daerah
Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumbar, Andy Setyo Biwado, menjelaskan bahwa sepanjang 2025 perekonomian nasional tetap stabil dengan pertumbuhan 5,04% (yoy) Jumat (28/11/2025). ist

PADANG, binews.id -- Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumatera Barat kembali menggelar Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2025, sebuah agenda strategis yang menyampaikan perkembangan terbaru kondisi perekonomian global, nasional, dan regional. Lewat forum ini, BI memaparkan tantangan serta prospek ekonomi ke depan sekaligus menjelaskan arah kebijakan strategis untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan.

PTBI 2025 dihadiri Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumbar, Andy Setyo Biwado, Forum Koordinasi Pimpinan Daerah, organisasi perangkat daerah, pimpinan perbankan, pelaku usaha, akademisi, hingga insan media, Jumat (28/11/25) malam, di Aula Nan Tongga, Padang. Kehadiran para peserta menunjukkan pentingnya sinergi dalam memperkuat fondasi ekonomi daerah.

Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumbar, Andy Setyo Biwado, menjelaskan bahwa sepanjang 2025 perekonomian nasional tetap stabil dengan pertumbuhan 5,04% (yoy). Capaian ini mencerminkan ketahanan ekonomi Indonesia di tengah bayang-bayang ketidakpastian global. Namun, kondisi berbeda terlihat di Sumatera Barat yang pada Triwulan III 2025 hanya tumbuh 3,36% (yoy).

"Perbedaan tingkat pertumbuhan tersebut menegaskan perlunya perhatian serius terhadap kinerja ekonomi daerah. Sumatera Barat didorong untuk memperkuat sektor-sektor unggulannya agar dapat berkontribusi lebih besar terhadap pemulihan nasional dan kesejahteraan masyarakat. Sinergi kebijakan menjadi kunci menghadapi dinamika global yang terus berubah," sebutnya.

Dari sisi inflasi, Sumatera Barat menghadapi tekanan cukup tinggi. Pada Oktober 2025, inflasi daerah ini mencapai 4,52% (yoy), melebihi inflasi nasional yang tercatat 2,86% serta melampaui rentang sasaran nasional. Kenaikan terutama dipicu oleh kelompok pangan bergejolak akibat pasokan yang belum optimal dan tantangan cuaca ekstrem.

Situasi tersebut mendorong pentingnya penguatan koordinasi pengendalian inflasi, mulai dari aspek produksi, distribusi, hingga stabilisasi harga. Perbaikan efisiensi rantai pasok menjadi langkah penting untuk menjaga daya beli masyarakat.

Sementara dari sisi pembiayaan, masyarakat dan pelaku usaha menunjukkan sikap lebih berhati-hati. Pertumbuhan kredit melambat seiring meningkatnya kewaspadaan terhadap kondisi ekonomi. Namun demikian, Dana Pihak Ketiga (DPK) tetap stabil, yang menunjukkan kecenderungan masyarakat untuk meningkatkan tabungan dan menahan konsumsi.

Kondisi ini menggambarkan bahwa meski fundamental ekonomi masih terjaga, pemulihan sentimen pelaku ekonomi memerlukan waktu. Stabilitas harga dan penguatan prospek ekonomi daerah menjadi faktor penting untuk mengembalikan kepercayaan konsumen maupun dunia usaha.

Meski dihadapkan pada sejumlah tantangan, prospek ekonomi Sumatera Barat tetap memiliki ruang optimisme. Sektor industri pengolahan, terutama hilirisasi CPO, menunjukkan kinerja positif dengan peningkatan ekspor secara signifikan. Hal ini memperkuat potensi agroindustri sebagai motor ekonomi daerah ke depan.

Namun demikian, sektor pertanian menghadapi perlambatan akibat turunnya produktivitas tanaman pangan dan dampak cuaca ekstrem. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi pasokan dan inflasi pangan, tetapi juga kesejahteraan masyarakat yang sebagian besar menggantungkan hidup pada sektor tersebut. Peningkatan produktivitas dan mitigasi risiko cuaca menjadi agenda yang mendesak.

Untuk memperkuat stabilitas dan pertumbuhan ekonomi, BI bersama Pemerintah Daerah dan berbagai pemangku kepentingan terus memperkuat sinergi melalui sejumlah program strategis. Di antaranya pengendalian inflasi pangan lewat Gerakan Pangan Murah dan TPID, percepatan digitalisasi pembayaran melalui QRIS, penguatan UMKM lewat onboarding dan business matching, dukungan ekonomi hijau melalui pemanfaatan limbah uang kertas sebagai bahan bakar alternatif, serta penguatan pertanian berkelanjutan melalui Sekolah Lapang.

Halaman:

Penulis: Imel
Editor: Imel

Bagikan: