Data ITAGI, Ternyata Masih Ada Masyarakat yang Tak Mau dan Ragu-ragu untuk Vaksinasi Covid

PADANG, binews.id - Berdasarkan data Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), sekitar 10% masyarakat tidak mau divaksinasi, dan 25% yang masih ragu-ragu. Oleh karena itu vaksinasi ini harus terus diedukasiakan agar masyarakat bisa lebih memahami dengan vaksin.
"Untuk yang sudah mau vaksin, sampai ini baru mencapai sekitar 78% maka itu perlu edukasi lebih maksimal lagi, termasuk vaksin Covid 19 ini yang juga perlu peran media untuk mesosialisasikan kepada masyarakat. Karena vaksin ini juga kunci untuk terhindar dari berbagai penyakit infeksi atau menular," kata Prof. Sri dalam sosialisasi 'Vaksinasi untuk Negeri' yang diselenggarakan oleh Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama Jurnalis Ubah Laku, Sabtu, (31/10/2020).
Prof. Sri menyampaikan, jika vaksin adalah sediaan yang mengandung zat bilogik yang berguna untuk mencegah penyakit infeksi yang tindakannya memberikan atau memasukkan ke tubuh untuk merangsang sistem imun atau vaksinasi.
"Memang selama ini Vaksinasi seringkali dianggap sama dengan imunisasi, namun sebenarnya dari dua istilah ini ada perbedaan meski tujuannya untuk kekebalan tubuh," kata Prof. Sri.
Baca juga: Suntik 702 HPR, Dispangtan Tuntaskan Vaksinasi Rabies Gratis di Seluruh Kelurahan
Pemberian vaksin ini, ada beberapa penyakit infeksi yang bisa dicegah, seperti penyakit infeksi campak, polio, hepatitis B, TB, difteri, influenza dan lain-lain, termasuk Covid-19. Dimana jika masyarakat divaksinasi maka kemampuan patogen untuk menyebar sangat terbatas bisa kebal dari penyakit infeksi dan tetap sehat.
"Jika banyak masyarakat yang telah kebal, hal ini akan memutus penularan kepada kelompok yang tidak dapat diimunisasi, misalnya bayi kecil dan penderita imunokompromais," ujar Prof. Sri.
Selain itu, pemberian vaksin ini juga dapat mempercepat pencapaian penanganan pandemi Covid-19. Karena vaksin ini dianggap mampu menurunkan kesakitan dan kematian akibat Covid-19, mempercepat mencapai Herd Immunity (Kekebalan kelompok. Red), memperkuat dan memperkuat sistim kesehatan dan menjaga produksifitas dan meminimalkan dampak sosial serta ekonomi.
"Untuk itu masyarakat tidak perlu takut, karena vaksinasi Covid-19 untuk kekebalan tubuh masyarakat sebelumnya telah diuji melalui beberapa fase pengujian," tuturnya. (*)
Baca juga: Pemko Bukittinggi Akan Gelar Pasar Murah di Lapangan Kantin
Penulis: Imel
Editor: BiNews
Berita Terkait
- Mahasiswa S3 Ilmu Lingkungan UNP Laksanakan Praktik Kerja Lapangan di Kepulauan Riau
- Hj. Nevi Zuairina Minta Ada Transformasi Kesehatan dan Pariwisata di KEK Sanur
- PP IPPNU X Gerakan Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama Gelar Peer Educator Cegah Stunting
- Gubernur Mahyeldi, Direktur dan Rektor UNP Temui Wapres Usulkan Pengembangan RSAM Bukittinggi
- Bio Farma Ajak Perempuan di Kalimantan Tengah Cegah Kanker Serviks
Progul Dokter Warga Mulai Layani Masyarakat Kota Padang
Kesehatan - 24 Februari 2025
Jaga Kesehatan Pegawai, KAI Divre II Sumbar Gelar Medical Check Up
Kesehatan - 19 Februari 2025
Mahyeldi Jalani Medical Check-Up di RS Unand Jelang Pelantikan
Kesehatan - 14 Februari 2025
KAI Divre II Sumbar Gelar Pengobatan Gratis terhadap 228 Pensiunan
Kesehatan - 10 Februari 2025