Membangun Sisnas untuk Ketangguhan Menghadapi Bencana

JAKARTA, binews.id -- Ditandai dengan peristiwa tsunami Aceh 2004, masyarakat Indonesia merintis penanggulangan bencana hingga penetapan Undang Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Sejak saat itu, pengalaman dalam penanggulangan bencana di Tanah Air memberikan pembelajaran yang konstruktif untuk penanggulangan bencana yang lebih baik.
Konteks tersebut menjadi rujukan dalam diskusi dengan tema 'Membangun Sistem Nasional (Sisnas) Penanggulangan Bencana untuk Ketangguhan Bangsa dalam Menghadapi Bencana.' Diskusi dalam bentuk focus group discussion (FGD) secara virtual ini menghadirkan para narasumber yang berkecimpung dalam penanggulangan bencana di Indonesia, baik pemerintah, praktisi dan akademisi.
FGD yang digelar pada hari ini, Rabu (10/2) bertujuan untuk mendapatkan masukan dari para pelaku penanggulangan bencana di Indonesia. Materi diskusi yang dipaparkan dari sisi aspek sistem penanggulangan maupun subsistemnya. Subsistem penanggulangan bencana terdiri dari elemen perencanaan, kelembagaan, pendanaan dan regulasi.
Salah satu narasumber FGD, Direktur Jenderal Bina Adwil Kementerian Dalam Negeri Safrizal menyampaikan mengenai kelembagaan penanggulangan bencana menjadi elemen penting. Hal tersebut dilatarbelakangi kondisi Indonesia sebagai negara kepulauan.
Baca juga: Gubernur Sumbar Hadiri Apel Gelar Pasukan Penanganan Bencana
Menurutnya, gambaran besar kebencanaan terkait indeks risiko bencana Indonesia sangat dipengaruhi kondisi geografis dengan karakteristik kepulauan yang berada pada cincin api. Selain itu, distribusi penduduk yang tersebar di 2.952 pulau.
"Tantangan geografis tersebut harus dijawab dengan solusi kelembagaan," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Sistem Penanggulangan Bencana BNPB Udrekh yang menyampaikan rumusan diskusi, salah satunya yaitu aspek legislasi peran kementerian dan lembaga dalam penanggulangan bencana.
"Pengaturan mekanisme koordinasi dengan pihak dalam penanggulangan bencana serta pemetaan dan harmonisasi peraturannya untuk menentukan connecting doors," ujar Udrekh pada FGD virtual, Rabu (10/2).
Ia juga mengatakan, implementasi strategi penanggulangan bencana membutukan dukungan big data kebencanaan serta integrasi community based-program dari kementerian dan lembaga. Ini sangat penting karena kejadian bencana bersifat lokal.
Hasil diskusi masih akan ditindaklanjuti dengan pembahasan selanjutnya. Di samping itu, ini akan menjawab tantangan kebencanaan yang bersifat komprehensif dan multidimensi. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebagai penyelenggara diskusi berharap FGD akan memberikan masukan signifikan dalam upaya penangggulangan bencana yang lebih efektif.
Penulis: Imel
Editor: BiNews
Berita Terkait
- Kecelakaan Tunggal, Pimpinan PT NWR Sampaikan Duka Cita Atas Wafatnya 15 Karyawan PT ERB
- Ikuti Retreat, Wako Fadly Amran: Momentum Saling Mengenal
- Gubernur dan Wagub Sumbar Terpilih Kompak Berpakaian Putih Saat Mengikuti Gladi Kotor di Monas
- Ketahanan Pangan di Bantul: Kapolri Dorong Swasembada Jagung Nasional
- PT Semen Padang dan KSOP Kelas I Dumai Jalin Kerjasama Terkait Terminal Khusus