Kemendag Dorong Digitalisasi Layanan Kesehatan

Secara umum, tantangannya meliputi populasi yang menua, biaya yang semakin mahal, kekurangan tenaga kesehatan terampil, infrastruktur yang tidak memadai, penyakit kronis yang semakin bertambah, akses yang tidak merata, dan meningkatnya kelas menengah."Untuk itu, perlu dibangun pondasi untuk kesuksesan telemedicine. Pertama, menciptakan pengalaman virtual yang sebanding dengan pengalaman riil pasien saat konsultasi.
Kedua, menggunakan teknologi yang pas. Ketiga, menciptakan regulasi yang kondusif dan dinamis. Keempat, membuat integrasi dengan sistem kesehatan yanglebih besar,"jelas Rana. Sementara itu, Rico menyampaikan potensi pasar kesehatan digital. Pada 2017, pendapatan layanan kesehatan digital di Indonesia sebesar USD 85 juta dan pada 2020, diperkirakan telah mencapai USD 726 juta.
"Dibutuhkan perbaikan layanan kesehatan di Indonesia. Sistem yang lebih baik akan meningkatkan kesehatan masyarakat yang berujung peningkatan ekonomi nasional,"ungkap Rico.
Digitalisasi layanan kesehatan telah diumumkan WHO sejak 2005 sebagai strategi untuk menciptakan layanan kesehatan yang lebih adil, terjangkau, dan universal. Sejak itu, 120 negara telah mengembangkan layanan kesehatan digital. Forum bisnis tersebut dihadiri 72 peserta yang terdiri darimasyarakat umum yang tertarik dengan dunia kesehatandandapat disaksikan kembali di tautan https://www.youtube.com/watch?v=qADvqztOiRg. (*/bi)
Penulis: Imel
Editor: BiNews
Berita Terkait
- Presiden Prabowo Saksikan Langsung Penyerahan Aset Barang Rampasan Negara dari Tambang Ilegal kepada PT Timah
- Nevi Zuairina: Kebijakan Impor BBM Satu Pintu Perkuat Pengawasan Harga dan Ketahanan Energi
- Mendagri Puji Kepala Daerah dengan Kinerja Anggaran Baik, Mahyeldi Termasuk
- Presiden Prabowo Instruksikan Percepatan Program Rumah Subsidi bagi Masyarakat
- Ratas di Istana, Pemerintah Perpanjang Insentif Pajak dan Perluas Jaminan Perlindungan bagi Pekerja