Tekan Laju Inflasi, Bank Indonesia dan Pemprov Gencarkan GNPIP
PADANG, binews.id -- Juli 2022 menjadi puncak inflasi tahunan di Sumatera Barat pada vilatile foode mencapai 19,55 persen. Sementara inflasi umum tahunan mencapai 8,01 persen. Kepala Perewakilan Bank Indonesia Wahyu Purnama menyebutkan bahwa tekanan inflasi yng cukup tinggi umumnya terjadi karena pemulihan ekonomi penghujung pandemi covid-19 yang telah meningkatkan permintaan barang dan jasa termasuk komoditas pangan.
"Inflasi nasional bulan Juli mencapai 4,94 persen, melewati target 3persen +- 1 persen. Di beberapa daerah terjadi tekanan inflasi yang cukup tinggi, yang berasal dari komoditas volatile foods.
Selain meningkatnya permintaan barang dan jasa, hal ini juga dibarengi dengan terjadinya ketidakstabilan kondisi ekonomi makro global dan perang Rusia Ukraina yang menyebabkan terjadinya gangguan pasokan BBM dunia dan berbagai komoditas seperti pupuk, kedelai, dan terigu," ujarnya saat pencanangan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan Sumbar (GNPIP).
Hal ini juga ditunjang terjadi curah hujan yang tinggi di beberapa daerah termasuk di Sumatera Barat. Kondisi tersebut beriringan dengan tingginya permintaan terhadap komoditas pangan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2022, seiring dengan bulan Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha dan liburan anak sekolah tahun 2022.
Baca juga: Perkuat Layanan Informasi Publik, UNP Ikuti Presentasi Uji Publik Monev 2025
"Gambaran kondisi di atas, secara global, dunia dibayangi stagflasi yaitu pertumbuhan ekonomi yang stagnan atau turun serta inflasi yang tinggi," ungkapnya.
Pada Agustus 2022, dengan terjadinya deflasi sebesar 0,95 persen, realisasi inflasi Sumatera Barat, secara tahunan turun menjadi sebesar 7,11 persen (yoy) dan inflasi volatile food turun menjadi 13,80 persen. Namun angka tersebut masih jauh di atas sasaran target inflasi nasional yang sebesar 31 persen, dan juga lebih tinggi dibandingkan rata-rata inflasi tahunan Sumatera Barat dalam tiga tahun terakhir (2019-2021) yang sebesar 1,96 persen (yoy).
"Realisasi inflasi tersebut menjadikan Sumatera Barat menjadi provinsi dengan peringkat inflasi ke-2 tertinggi secara nasional. Realisasi inflasi di Sumatera Barat hingga Agustus 2022, terutama didorong oleh kenaikan harga komoditas volatile foods yakni cabai merah, bawang merah, telur ayam ras, beras, tomat, cabai hijau, daging sapi dan beberapa jenis ikan," katanya.
Hal ini sebagai dampak dari keterbatasan pasokan komoditas pangan tersebut akibat curah hujan yang tinggi, kenaikan biaya produksi karena peningkatan harga pupuk dan harga pakan unggas. Berdasarkan pemantauan harga pada minggu 1 dan ke-2 September 2022 ini, harga beberapa komoditas volatile food juga menunjukkan tren peningkatan yakni beras, daging ayam ras, daging sapi dan telur ayam ras.
Baca juga: Sektor Jasa Keuangan Sumbar Tumbuh Stabil, Dorong Ekonomi Regional di Triwulan III-2025
"Tekanan inflasi Sumatera Barat juga dipengaruhi oleh kenaikan harga beberapa komoditas administered price, terutama angkutan udara (pada bulan Juli memiliki andil kedua setelah cabai), tarif dasar listrik, dan bahan bakar rumah tangga/LPG)," ucapnya lagi.
Penulis: Imel
Editor: BiNews
Berita Terkait
- Sumbar Catat Deflasi 0,24% pada November 2025, Harga Cabai Merah Turun Tajam
- Pemprov Sumbar Gelar Gerakan Pangan Murah untuk Stabilkan Harga Pasca Bencana
- Inflasi Tinggi dan Kredit Melambat, BI Sumbar Soroti Ketahanan Ekonomi Daerah
- Dampak Luapan Banjir, KAI Divre II Sumbar Sementara Lakukan Pengalihan Lintas Perjalanan Kereta Api
- Hadapi Lonjakan Mobilitas Akhir Tahun, KAI Divre II Sumbar dan KAPM Tingkatkan Kesadaran Keselamatan di Perlintasan Sebidang








