Panen Perdana Padi Organik Sisawah Sumpur Kudus Berlangsung Meriah

SIJUNJUNG, binews.id -- Kain tabir dibentangkan, jamba-jamba disusun berjejeran di bawah tenda sederhana yang didirikan di pinggir sawah. Tenda dan jamba disiapkan untuk syukuran panen perdana padi organik di Nagari Sisawah Kecamatan Sumpur Kudus Kabupaten Sijunjung. Masyarakat Nagari Sisawah yang tergabung dalam Kelompok Tani Tunas Muda selama lima bulan mengikuti Sekolah Lapang Pertanian Organik (SLAPO) dan kemudian berhasil memanen padi pertama.
Kegiatan SLAPO yang diselenggarakan oleh KKI Warsi bekerja sama dengan Satuan Tugas (satgas) Pertanian Organik Dinas Perkebunan, Tanaman Pangan, dan Holtikultura Provinsi Sumatera Barat. Sekolah lapang ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia petani dan meningkatkan produktivitas tanaman padi. Sebanyak 20 orang yang merupakan perwakilan dari kelompok tani lainnya, secara bersama-sama menyepakati dan melakukan praktik pertanian organik.
Baca juga: Pemko Padang Siap Gelar Drill Tsunami, Wujudkan Kota Tangguh Bencana
"SLAPO memberikan ruang dan kreatifitas bagi petani untuk belajar dengan menemukan dan membuktikan sendiri pengetahuan tentang pertanian organik dengan metode daur ulang belajar yaitu, mengamati, mengungkapkan, menganalisis, menyimpulkan dan mempraktikkan," kata Yudi Fernandes Koordinator Lapangan KKI Warsi pada Rabu, 28 September 2022.
Dalam program sekolah lapang, para petani belajar membuat demplot pertanian. Dari Mei 2022, selama lebih kurang 5 bulan, anggota kelompok tani belajar dan berpogres. Dimulai dari tata cara mengolah sawah tanpa olah tanah atau tanpa pembajakkan, kemudian memakai bedengan mulsa jerami, seleksi benih, membuat MOL keong (pupuk hayati), dan pupuk organik cair serta ramuan nabati pengendali hama.
Baca juga: Perkuat Akses Ekonomi Warga, PT Semen Padang Salurkan 300 Zak Semen untuk Nagari Ampek Koto
Dalam kegiatan sekolah lapang juga dilakukan pembandingan perlakuan proses ubinan pada demplot SLAPO (2,5 x 2,5 M). Pada proses ubinan pertama tadi ditanam tanpa olah tanah (tanpa pembajakan) dan pemeberian mulsa jerami. Lalu perlakukan kedua dengan cara pengolahan tanah seperti biasa dan benih disemai tanpa penggunaan musa jerami.
Baca juga: Taekwondo Pulang Bawa 2 Medali, KONI Sumbar Janjikan Dukungan Pembinaan Berkelanjutan
"Kami mempraktikan langsung perbedaan pertanian organik dengan pertanian model biasa. Hasilnya kecambah menghasilkan 7,8 Kg/Ha jauh lebih baik dari pada perlakuan dengan olah tanah biasa tanpa mulsa dan tanam benih yang hanya 5,1 Kg/Ha," papar Ali Awal seorang anggota Kelompok Tani Tunas Muda.
Mengalami langsung perbedaan hasil panen menanam tanaman padi secara organik dengan pertanian menggunakan pupuk kimia, anggota kelompok tani yang mengikuti sekolah lapang kemudian memutuskan untuk memilih pertanian organik. Hal ini setelah melewati proses pembelajaran, dalam pertanian organik mereka dapat menglah pupuk sendiri sehingga modal produksi lebih hemat. Selain itu, beralih kepada pertanian organik dapat mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap pupuk kimia pun dapat memulihkan lingkungan dan meningkatkan produksi tanah.
"Pengolahan sawah tanpa olah tanah dan pemakaian bahan organik yang bertumpu pada sumber daya lokal mampu menghemat biaya produksi. Kami juga menjadi lebih mandiri, menghasilkan beras yang sehat dan ramah lingkungan" ungkap Ali.
Penulis: Imel
Editor: BiNews
Berita Terkait
Nevi Zuairina Membaur dengan Warga dan Berbagi Bingkisan di Sumbar II
Hiburan - 24 September 2025
Dendang KIM Koto Panjang Meriah, Wawako Allex Apresiasi Semangat Pemuda
Hiburan - 07 September 2025
Meriah, Aneka Lomba Warnai Penutupan Perayaan HUT ke-80 RI
Hiburan - 21 Agustus 2025
Rapat Paripurna Istimewa Jadi Puncak Peringatan HJK Padang ke-356
Hiburan - 08 Agustus 2025