Suhu Dingin Melanda, BMKG: Bukan Karena Aphelion
JAKARTA, binews.id — Beberapa pekan terakhir, masyarakat di sejumlah wilayah Indonesia, khususnya di selatan khatulistiwa seperti Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, merasakan suhu udara yang lebih dingin dari biasanya. Namun, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan bahwa fenomena ini bukan disebabkan oleh aphelion.
Sebagai informasi, aphelion adalah peristiwa astronomi tahunan ketika Bumi berada pada jarak terjauh dari Matahari. Fenomena ini biasanya terjadi pada bulan Juli dan kerap dikaitkan secara keliru dengan penurunan suhu udara.
Menurut BMKG, suhu dingin yang dirasakan saat ini merupakan fenomena yang wajar terjadi pada musim kemarau. Kondisi ini lazim berlangsung pada periode Juli hingga September, saat Indonesia mulai didominasi angin muson timuran dari Australia yang bersifat kering dan dingin.
BMKG menjelaskan, ada beberapa faktor yang menyebabkan penurunan suhu udara saat ini, antara lain:
-
Dominasi angin timuran (monsun Australia) yang membawa udara kering dan dingin ke wilayah selatan Indonesia.
-
Langit cerah pada malam hari yang mempercepat pelepasan panas dari permukaan Bumi ke atmosfer, sehingga suhu permukaan menurun drastis.
-
Curah hujan di beberapa wilayah yang membawa massa udara dingin ke permukaan serta menghalangi masuknya sinar matahari, turut menambah rasa dingin.
Selain itu, BMKG sebelumnya juga menyampaikan bahwa musim kemarau tahun ini mengalami kemunduran akibat dinamika atmosfer yang tidak lazim. Hal ini turut meningkatkan potensi terjadinya cuaca ekstrem di beberapa wilayah.
Kepala BMKG, dalam konferensi pers di Jakarta pada Senin (7/7), mengungkapkan bahwa hingga akhir Juni 2025, baru sekitar 30 persen wilayah zona musim yang mengalami peralihan ke musim kemarau. Padahal, secara klimatologis, pada periode yang sama, biasanya sekitar 64 persen wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau.
Ia menambahkan, kemunduran ini merupakan dampak dari lemahnya monsun Australia serta tingginya suhu muka laut di wilayah selatan Indonesia. Kedua faktor tersebut meningkatkan kelembapan udara dan memicu pembentukan awan hujan, bahkan di tengah periode yang seharusnya kering.
BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi perubahan cuaca yang dapat terjadi secara tiba-tiba, serta menjaga kondisi tubuh di tengah suhu udara yang lebih rendah dari biasanya. (bi/net)
Penulis: Imel
Editor: Imel
Berita Terkait
- Lawan Disrupsi Informasi, Ketum PWI: Pers Harus Kedepankan Kemanusiaan
- PWI dan Mahkamah Agung Jajaki Kerja Sama Peliputan Perkara Jelang HPN 2026
- Pemprov Sumbar dan Tiga Kampus di Padang Raih Predikat Informatif pada Anugerah Keterbukaan Informasi Publik 2025
- Telkom Indonesia dan Universitas Negeri Padang Resmikan Digistar Club, Cetak Talenta AI Unggul di Sumbar
- Pada Hari Ayah, Hj. Nevi Zuairina Sampaikan Ayah Adalah Teladan Tangguh dan Penopang Keluarga
Lawan Disrupsi Informasi, Ketum PWI: Pers Harus Kedepankan Kemanusiaan
Ragam - 24 Desember 2025
Pemko Padang Siapkan 1.500 Paket Rendang untuk Korban Bencana
Ragam - 24 Desember 2025










