Belajar Keterbukaan Informasi dari Swedia

*Musfi Yendra

Senin, 12 Mei 2025 | Opini
Belajar Keterbukaan Informasi dari Swedia
Musfi Yendra

SEJAK masa lampau, masyarakat Swedia telah menuntut agar informasi yang dikelola oleh pemerintah dapat diakses secara bebas, sehingga memungkinkan warga negara untuk memahami kebijakan serta memantau kinerja pejabat publik.

Sejarah keterbukaan informasi di Swedia dimulai sejak abad ke-18. Setelah itu, Undang-Undang Kebebasan Pers tahun 1766 yang diperkenalkan di Swedia. Undang-undang ini menjadi tonggak penting dalam perkembangan demokrasi negara tersebut, karena undang-undang ini memberikan hak kepada setiap individu untuk mengakses dokumen dan arsip pemerintah tanpa harus menyertakan alasan tertentu.

Konsep tersebut kemudian dikembangkan lebih lanjut dalam Undang-Undang Dasar Swedia melalui penerapan prinsip Offentlighetsprincipen atau “prinsip keterbukaan”, yang telah menjadi dasar kebijakan transparansi di negara ini. Dengan menerapkan prinsip tersebut, Swedia telah menjadi pelopor dalam keterbukaan informasi, memastikan bahwa setiap dokumen yang dihasilkan oleh instansi pemerintah wajib dapat diakses oleh publik kecuali jika terdapat alasan sah, seperti demi keamanan nasional atau perlindungan privasi individu.

Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, Swedia telah memanfaatkan inovasi digital untuk mendukung keterbukaan informasi. Pemerintah telah mengembangkan sistem digital yang memungkinkan masyarakat untuk mengakses dokumen-dokumen pemerintah secara online melalui portal resmi, sehingga mengurangi birokrasi dan mempercepat distribusi informasi.

Inisiatif digital ini sangat membantu dalam menjembatani kesenjangan antara pemerintah dan warga, terutama di era di mana akses internet telah menjadi kebutuhan primer. Selain itu, digitalisasi juga memungkinkan proses pengumpulan data dan pelaporan dilakukan secara real time, yang sangat berguna untuk memastikan bahwa informasi yang diterima oleh publik selalu mutakhir dan akurat.

Meski demikian, keberhasilan sistem keterbukaan informasi di Swedia tidak lepas dari berbagai tantangan yang harus dihadapi. Salah satu tantangan utama adalah menjaga keseimbangan antara hak publik untuk mengakses informasi dan perlindungan data pribadi individu.

Dengan semakin banyaknya informasi yang tersedia secara online, risiko penyalahgunaan data pribadi menjadi semakin besar. Dalam hal ini pemerintah harus menetapkan batasan yang jelas untuk melindungi privasi tanpa mengorbankan transparansi. Pemerintah Swedia secara terus-menerus memperbarui regulasi dan kebijakan untuk menanggulangi isu-isu ini, dengan mengacu pada standar internasional dan pengalaman negara lain sebagai pembelajaran.

Selain tantangan teknis dan regulasi, aspek budaya juga memainkan peran penting dalam keberhasilan keterbukaan informasi di Swedia. Budaya demokrasi yang telah mengakar sejak lama mendorong warga untuk aktif menuntut kejelasan dan keterbukaan dari para pejabat publik.

Rasa ingin tahu yang tinggi serta kepercayaan bahwa informasi adalah hak asasi membuat masyarakat Swedia secara konsisten mendukung upaya transparansi. Bahkan, partisipasi masyarakat dalam proses konsultasi publik dan pengawasan kebijakan telah menjadi bagian rutin dari kehidupan politik di Swedia, sehingga setiap warga merasa memiliki andil dalam menentukan arah pemerintahan.

Pengalaman Swedia dalam menerapkan keterbukaan informasi juga telah menjadi inspirasi bagi negara-negara lain di dunia. Banyak negara, terutama di Eropa, melihat model Swedia sebagai contoh bagaimana prinsip keterbukaan dapat diintegrasikan ke dalam sistem pemerintahan tanpa mengorbankan keamanan dan privasi.

Studi dan laporan internasional sering menempatkan Swedia di peringkat teratas dalam hal transparansi pemerintah, yang tidak hanya meningkatkan citra negara di mata dunia, tetapi juga membuka peluang kerja sama dalam berbagai bidang.

Halaman:

*Ketua Komisi Informasi Provinsi Sumatera Barat

Bagikan: