Inflasi Sumbar April 2025 Tercatat 0,77 Persen, Dipengaruhi Normalisasi Tarif Listrik dan Kenaikan Harga Emas

PADANG, binews.id — Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Barat mencatat bahwa pada April 2025, Indeks Harga Konsumen (IHK) provinsi ini mengalami inflasi sebesar 0,77 persen (mtm/month to month). Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumbar, Mohamad Abdul Majid Ikram, mengungkapkan bahwa kenaikan ini sebagian besar disebabkan oleh normalisasi tarif listrik pasca pemberian diskon pada Januari dan Februari 2025, serta peningkatan harga komoditas non-makanan seperti emas perhiasan, angkutan udara, dan mobil.
Harga emas perhiasan mengalami kenaikan signifikan, sejalan dengan tren peningkatan harga emas global. Selain itu, kenaikan harga pangan seperti cabai merah dan bawang merah juga turut mendorong inflasi, didorong oleh meningkatnya permintaan menjelang Hari Raya Idul Fitri di tengah terbatasnya pasokan.
Namun demikian, tekanan inflasi yang lebih tinggi berhasil diredam oleh penurunan harga beberapa komoditas pangan seperti daging ayam ras, beras, cabai rawit, dan cabai hijau. Penurunan ini terjadi berkat peningkatan pasokan saat masa panen di sejumlah daerah sentra produksi.
Dari sisi kelompok pengeluaran, kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang inflasi tertinggi, yakni sebesar 0,95 persen (mtm) dengan andil 0,66 persen terhadap total inflasi. Kenaikan harga cabai merah mencapai 23,03 persen, sementara bawang merah naik sebesar 1,10 persen.
Baca juga: Gandeng BWS Sumatera V, Pemko Padang Segera Normalisasi Sungai Batang Kandis
Kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mencatat inflasi sebesar 3,72 persen (mtm) dengan andil 0,65 persen, terutama akibat normalisasi tarif listrik pada pelanggan rumah tangga prabayar yang melonjak 21,72 persen. Sementara itu, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya mencatat inflasi 3,13 persen (mtm) dengan andil 0,6 persen, dipengaruhi oleh kenaikan harga emas perhiasan sebesar 12,20 persen.
Sebaliknya, deflasi terjadi pada beberapa komoditas di kelompok makanan, minuman, dan tembakau, seperti daging ayam ras, beras, cabai rawit, dan cabai hijau, seiring dengan panen raya. Kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan juga mengalami penurunan harga akibat turunnya tarif pulsa ponsel.
Secara spasial, seluruh wilayah yang dihitung dalam IHK di Sumatera Barat mengalami inflasi. Kota Padang mencatat inflasi sebesar 0,82 persen, Kabupaten Dharmasraya 1,49 persen, Kabupaten Pasaman Barat 1,68 persen, dan Kota Bukittinggi tercatat mengalami inflasi tertinggi sebesar 1,96 persen. Kenaikan ini didorong oleh tarif listrik yang kembali ke harga normal dan harga emas yang tetap tinggi.
Secara tahunan (yoy/year on year), Sumatera Barat mencatat inflasi sebesar 2,38 persen pada April 2025. Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sumatera Barat terus berkomitmen menjaga stabilitas harga dengan berbagai langkah strategis, antara lain:
Baca juga: Novermal Minta Percepatan Penanganan Sungai dan Irigasi Provinsi dan Pusat di Pessel
-
Menjaga ketersediaan pasokan pangan, terutama hasil produksi lokal.
Halaman:Penulis: Imel
Editor: Imel
Berita Terkait
- Peduli Lingkungan dan Masyarakat, KAI Divre II Sumbar Bergerak
- HUT ke-67 Nasionalisasi, PT Semen Padang Optimistis Bangkit dan Kembali Rebut Kepercayaan Pasar
- Bank Nagari Hadirkan Promo Cashback Tahun Ajaran Baru
- Sektor Keuangan Sumbar Stabil Meski Risiko Meningkat
- 10 Pelaku UMK Binaan UPT Halal Center UNP Resmi Terima Sertifikat Halal dari BPJPH RI