Waspada Jerat Penipuan Online, Kominfo Tunjukkan 5 Modus Pelaku dan Langkah Pelindungan Data

JAKARTA, binews.id -- Kementerian Komunikasi dan Informatika berupaya menjaga ruang digital tetap kondusif terutama dalam sektor keuangan. Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo, Semuel A. Pangerapan, mendorong masyarakat waspada dengan mengenali modus pelaku penipuan online serta membiasakan diri melindungi data pribadi.
"Kominfo meminta masyarakat untuk mewaspadai ragam modus penipuan online yang biasanya terjadi di ruang digital, sepertiphising, pharming, sniffing, money mule, dan social engineering," ujarnya dalam Webinar Beritasatu "Mewaspadai Jeratan PinjamanOnlineIlegal" dari Jakarta, Kamis (19/08/2021).
Dirjen Semuel menjelaskan untuk modus penipuan berupaphisingdilakukan oleh oknum yang mengaku dari lembaga resmi dengan menggunakan telepon, email atau pesan teks.
"Seolah-lah dari lembaga resminya, namun sebetulnya mereka ingin menggali supaya kita memberikan data-data pribadi kita. Data-data pribadi ini biasanya digunakan untuk kejahatan berikutnya. Mereka menanyakan dat-data sensitif untuk mengakses akun penting yang mengakibatkan pencurian identitas hingga kerugian," paparnya.
Baca juga: OJK: Likuiditas Perbankan 2025 Masih Ketat, Sektor Pertanian Perlu Digenjot
Oleh karena itu, apabila mengalami hal ini, masyarakat harus teliti membaca dengan benar dan melihat secara seksama isi dari SMS maupun email apakah benar pengirimnya berasal dari institusi asli.
Modus kedua, menurut Dirjen Aptika Kementerian Kominfo adalahphraming handphone, yakni penipuan dengan modus mengarahkan mangsanya kepada situs web palsu dimana entri domain name system yang ditekan/di-click korban akan tersimpan dalam bentuk cache.
"Sehingga dapat memudahkan pelaku untuk mengakses perangkat pelaku secara illegal. Contohnya, pembuatan domain seolah-olah mirip dengan asal institusi dari yang aslinya. Pelaku akan menaruh atau memasang malware supaya nantinya bisa mengksesnya secara illegal. Kasus seperti ini banyak terjadi umpamanya ada yang whatsapp-nya disadap/diambilalih karena ponsel sudah dipasangkan malware oleh pelaku sehingga data-data pribadinya dicuri," jelasnya.
Mengenai modus ketiga, Dirjen Semuel menyebutnyasniffing. Menurutnya, dengan modus itu, oknum pelaku akan meretas untuk mengumpulkan informasi secara illegal lewat jaringan yang ada pada perangkat korbannya dan mengakses aplikasi yang menyimpan data penting pengguna.
Baca juga: OJK cabut Izin Usaha BPR Pakan Rabaa Solsel
"Sniffing ini paling banyak terjadi bahayanya kalau kita menggunakan/mengakses wifi umum yang ada di publik, apalagi digunakannya untuk bertansaksi. Ini bahaya, karena sniffing itu kan biasanya terjadi di jaringan yang umum diakses publik, di situlah pelaku memanfatkannya," tuturnya.
Penulis: Imel
Editor: BiNews
Berita Terkait
- Studi Komparatif dan Silaturahmi Niniak Mamak Nagari Salimpek ke LAM Riau
- Temu Ramah Pekerja Bangunan Semen Padang dan SIG Group Disambut Antusias
- Program Pendidikan Siswa Qur'ani Cetak Polwan Berprestasi Dengan Keagamaan Kuat
- Kapolri Naik Heli Bareng Menko Polhukam Tinjau Kesiapan Arus Mudik di Merak
- 250 Toko Hadiri Ritel Gathering Semen Padang
Wabup Candra Buka Musda DPD KNPI Kabupaten Solok ke XIV Tahun 2025
Gaya Hidup - 26 Februari 2025
Dekranasda Kota Padang Tampilkan Produk Unggulan di INACRAFT 2025
Gaya Hidup - 07 Februari 2025