Perkembangan Baik Indonesia Harus Diiringi Protokol Kesehatan Secara Menyeluruh

Rabu, 03 November 2021, 10:20 WIB | Kesehatan | Nasional
Perkembangan Baik Indonesia Harus Diiringi Protokol Kesehatan Secara Menyeluruh
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito. IST

JAKARTA, binews.id - Perkembangan penanganan pandemi COVID-19 di Indonesia sangat baik. Ditandai terus menurunnya kasus selama kurang lebih tiga bulan belakangan.

Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito menyebut, bahkan penularan kasus cukup rendah dengan rata-rata per hari di angka 700 kasus dan kasus aktif sebesar 0,29%

Sementara angka kesembuhan pun sudah berada di angka 96,33%. Perkembangan baik ini terjadi di tengah aktivitas masyarakat yang mulai kembali berjalan, bahkan meliputi pelaksanaan kegiatan berskala nasional dan persiapan kegiatan berskala internasional.

"Hal inilah yang membuat perkembangan baik ini diakui dunia. bahkan Center for Disease Control (CEC) saat ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan level 1," Wiku dalam Keterangan Pers Perkembangan Penanganan COVID-19 di Graha BNPB, Selasa (2/11/2021) yang juga disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden.

Baca juga: Ketua Komisi IV DPRD Sumbar: Jalan Alahan Panjang Bayang Ditarget Tuntas 2025

Wiku mengapresiasi seluruh lapisan masyarakat atas pencapaian baik ini. Karena pencapaian ini diraih melalui upaya berlapis yang terus-menerus dan kontribusi semua pihak, termasuk pembatasan mobilitas dan juga peningkatan cakupan vaksinasi dan disiplin protokol kesehatan pada kegiatan masyarakat.

Meski demikian, Indonesia perlu mencermati perkembangan kasus COVID-19 secara global. Karena beberapa negara yang tidak melakukan upaya secara menyeluruh akan berpotensi kembali meningkatnya kasus. Seperti di Australia, Singapura dan Vietnam. Dimana kasus COVID-19 membutuhkan waktu yang sangat lama untuk ditekan, dengan jumlah kasus tidak lebih dari 50 per harinya.

Australia dan Singapura bahkan cakupan vaksinasinasinya, melebihi 60% penduduk. Namun akibat varian Delta, begitu pembukaan aktivitas justru kasusnya langsung naik tajam hingga 40 - 90 kali lipat.

"Hal ini menandakan upaya pembatasan mobilitas yang sangat ketat dan peningkatan cakupan vaksinasi bukanlah solusi tunggal untuk menekan kasus. Karena negara yang melakukan keduanya nyatanya tetap meningkat kasusnya karena aktivitas masyarakat yang tidak sejalan dengan disiplin protokol kesehatan," tegas Wiku.

Baca juga: Sumbar Terpilih sebagai Provinsi Penerima Program Sekolah Rakyat

Selanjutnya, mencermati perkembangan di Israel, Rumania dan Ukraina. Meskipun ketiganya telah melewati lonjakan kasus pertama dan kedua, nyatanya lonjakan kasus ketiga masih terjadi baru-baru ini. Padahal dengan tingginya warga terkena COVID-19, seharusnya imunitas di tengah masyarakat telah terbentuk sehingga dapat menekan penularan selanjutnya.

Halaman:
Marhaban ya Ramadhan 2025

Penulis: Imel
Editor: BiNews

Bagikan: