Tekan Laju Inflasi, Bank Indonesia dan Pemprov Gencarkan GNPIP

Selasa, 20 September 2022, 08:34 WIB | Ekonomi | Kota Padang
Tekan Laju Inflasi, Bank Indonesia dan Pemprov Gencarkan GNPIP
Pencanangan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan Sumbar (GNPIP) oleh Bank Indonesia dan Pemprov Sumbar Senin (19/8) di Kantor Gubernur Sumbar. IST/HUMAS
IKLAN GUBERNUR

PADANG, binews.id -- Juli 2022 menjadi puncak inflasi tahunan di Sumatera Barat pada vilatile foode mencapai 19,55 persen. Sementara inflasi umum tahunan mencapai 8,01 persen. Kepala Perewakilan Bank Indonesia Wahyu Purnama menyebutkan bahwa tekanan inflasi yng cukup tinggi umumnya terjadi karena pemulihan ekonomi penghujung pandemi covid-19 yang telah meningkatkan permintaan barang dan jasa termasuk komoditas pangan.

"Inflasi nasional bulan Juli mencapai 4,94 persen, melewati target 3persen +- 1 persen. Di beberapa daerah terjadi tekanan inflasi yang cukup tinggi, yang berasal dari komoditas volatile foods.

Selain meningkatnya permintaan barang dan jasa, hal ini juga dibarengi dengan terjadinya ketidakstabilan kondisi ekonomi makro global dan perang Rusia Ukraina yang menyebabkan terjadinya gangguan pasokan BBM dunia dan berbagai komoditas seperti pupuk, kedelai, dan terigu," ujarnya saat pencanangan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan Sumbar (GNPIP).

Hal ini juga ditunjang terjadi curah hujan yang tinggi di beberapa daerah termasuk di Sumatera Barat. Kondisi tersebut beriringan dengan tingginya permintaan terhadap komoditas pangan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2022, seiring dengan bulan Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha dan liburan anak sekolah tahun 2022.

Baca juga: Perkembangan Inflasi Sumatera Barat: Deflasi pada Bulan Juli 2024

"Gambaran kondisi di atas, secara global, dunia dibayangi stagflasi yaitu pertumbuhan ekonomi yang stagnan atau turun serta inflasi yang tinggi," ungkapnya.

Pada Agustus 2022, dengan terjadinya deflasi sebesar 0,95 persen, realisasi inflasi Sumatera Barat, secara tahunan turun menjadi sebesar 7,11 persen (yoy) dan inflasi volatile food turun menjadi 13,80 persen. Namun angka tersebut masih jauh di atas sasaran target inflasi nasional yang sebesar 31 persen, dan juga lebih tinggi dibandingkan rata-rata inflasi tahunan Sumatera Barat dalam tiga tahun terakhir (2019-2021) yang sebesar 1,96 persen (yoy).

"Realisasi inflasi tersebut menjadikan Sumatera Barat menjadi provinsi dengan peringkat inflasi ke-2 tertinggi secara nasional. Realisasi inflasi di Sumatera Barat hingga Agustus 2022, terutama didorong oleh kenaikan harga komoditas volatile foods yakni cabai merah, bawang merah, telur ayam ras, beras, tomat, cabai hijau, daging sapi dan beberapa jenis ikan," katanya.

Hal ini sebagai dampak dari keterbatasan pasokan komoditas pangan tersebut akibat curah hujan yang tinggi, kenaikan biaya produksi karena peningkatan harga pupuk dan harga pakan unggas. Berdasarkan pemantauan harga pada minggu 1 dan ke-2 September 2022 ini, harga beberapa komoditas volatile food juga menunjukkan tren peningkatan yakni beras, daging ayam ras, daging sapi dan telur ayam ras.

Baca juga: Provinsi Sumatera Barat Mengalami Deflasi pada Januari 2024

"Tekanan inflasi Sumatera Barat juga dipengaruhi oleh kenaikan harga beberapa komoditas administered price, terutama angkutan udara (pada bulan Juli memiliki andil kedua setelah cabai), tarif dasar listrik, dan bahan bakar rumah tangga/LPG)," ucapnya lagi.

Halaman:
Marhaban ya Ramadhan 2025

Penulis: Imel
Editor: BiNews

Bagikan: