Dinilai Lebih Menguntungkan, Gubernur Sumbar Mendukung Pengembangan Sistem Pertanian Organik

Sabtu, 17 Juni 2023, 12:38 WIB | Ekonomi | Kab. Agam
Dinilai Lebih Menguntungkan, Gubernur Sumbar Mendukung Pengembangan Sistem Pertanian...
Gubernur Mahyeldi saat menghadiri panen raya padi organik, yang digelar oleh Kelompok Tani Amor di Nagari Koto Tangah Kecamatan Tilatang Kamang, Agam, Jumat (16/06/2023). IST
IKLAN GUBERNUR

AGAM, binews.id -- Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi Ansharullah mendukung upaya pengembangan pertanian organik di Sumbar. Ia menilai, sistem organik tersebut memiliki banyak keunggulan dari pada non organik, mukai dari segi kesehatan sampai harga.

"Dari segi kesehatan, sistem pertanian organik lebih sehat dari pada non organik. Harganya juga lebih tinggi sehingga keuntungan bagi petani juga akan lebih besar," kata Gubernur Mahyeldi saat menghadiri panen raya padi organik, yang digelar oleh Kelompok Tani Amor di Nagari Koto Tangah Kecamatan Tilatang Kamang, Agam, Jumat (16/06/2023).

Ia mengatakan, selama ini ada kecemasan dari masyarakat, untuk pindah ke pertanian organik, produktivitasnya menjadi menurun sehingga menyebabkan kerugian.

Ia menjelaskan, berdasarkan pendapat para ahli, peralihan dari sistem non organik ke organik untuk tahap awal memang mengalami penurunan produktivitas, karena perlu penyesuaian kembali, mulai dari tanah sampai pola perawatan dengan sistem baru. Namun itu hanya sementara.

Baca juga: DPRD Padang Dukung Wacana Surat Keterangan Bebas HIV/AIDS untuk Calon Pengantin

Dalam jangka panjang, pertanian sistem organik akan membuat kondisi tanah semakin baik, dan produktivitas panen semakin meningkat.

Namun sepertinya, hal itu tidak sepenuhnya benar. Padi organik yang ditanam oleh Kelompok Tani Amor di Agam, jumlah panennya malah lebih meningkat dibanding saat menerapkan sistem pertanian non organik.

"Laporan dari Ketua kelompok, hasil panen padi organik itu mencapai 7,6 ton per hektare. Lebih tinggi dari jumlah panen sawah non organik yang berada di sekitar kawasan itu, yang hanya 5-6 ton per hektare," ungkap Mahyeldi.

"Kelompok ini menggunakan jerami dan kotoran ternak sebagai pupuk organik. Artinya limbah pertanian berupa jerami bisa digunakan untuk pupuk. Hal ini tentu akan menurunkan biaya produksi sementara produktivitas meningkat," katanya.

Baca juga: Baksos Polri Presisi, Pemko Padang Apresiasi Pembagian Sembako oleh Polresta

Ke depan, katanya, pertanian sistem organik lebih menjanjikan untuk kesejahteraan petani karena dari tahun ke tahun kuota pupuk bersubsidi semakin terbatas, sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan petani, sementara pupuk non subsidi harganya relatif mahal.

Halaman:
Marhaban ya Ramadhan 2025

Penulis: Imel
Editor: BiNews

Bagikan: