MESKI PANDEMI MELANDAI Harus Ada Early Warning System Bencana Pandemi

Senin, 15 November 2021, 10:20 WIB | Kesehatan | Kota Padang
MESKI PANDEMI MELANDAI  Harus Ada Early Warning System Bencana Pandemi
Kepala Pusat Diagnostik Riset Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Unand, Andani Eka Putra. IST
IKLAN GUBERNUR

Apakah pelajaran dari kasus ini? Menurut Andani Eka Putra pelajaran pentingnya adalah kondisi ini terlihat baik karena fatilitas varian Delta tidak tinggi dan pencatatan kematian belum berjalan dengan baik. "Namun ada risiko yang besar..yaitu bagaimana kalau muncul varian baru dengan fatalitas tinggi? Apakah kita sudah siap?" ujar Dr. Andani.

Andani tegas menyatakan bahwa jika pola penanganan seperti ini akan cukup berbahaya bagi Sumbar atau Indonesia sekalipun jika yang masuk virus dengan fatalitas yang tinggi. "Kita perlu belajar dari kondisi yang terjadi saat ini," ujarmya.

Berkaca kondisi pandemi COVID-19 kekinian di Sumbar khususnya dan Indonesia umumnya, kata Andani perlu mempersiapkan ketahanan dalam menghadapi ledakan kasus COVID 19 atau bencana pandemi biologi lainnya.

Baca juga: Datuak Febby: Keterbukaan Informasi Penting untuk Efisiensi Anggaran

Andani mengistilahkan sebagai Reformasi Ketahanan Kesehatan Indonesia. Konsep ini telah dirancang dan dimatangkan di Kementerian Kesehatan. "Reformasi ketahanan kesehatan harus mendesak dilakukan , konsep ketahanan ini bertujuan dalam membangun kesiapan kita menghadapi resiko pandemi atau wabah kedepan," ujar Andani.

Pondasinya dari Reformasi Ketahanan Kesehatan kata Andani Eka Putra adalah menyiapkan komponen, terpenting pemberdayaan masyarakat. "Jujur kita akui di era pandemi COVID 19, kita gagal memberikan pemahaman kepada masyarakat, sehingga banyak hal yang tidak bisa dituntaskan dengan segera. Poin lain yang harus menjadi perhatian adalah ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan laboratorium, pengelolaan sumber daya manusia, sistem anggaran, sistem manajemen bencana, sistem logistik, dan pengendalian pada pintu masuk. Prinsip mitigasi ini pada dasarnya hampir sama dengan yang dirancang dengan mitigasi bencana alam. Masyarakat harus siap terhadap kemungkinan terjadinya bencana, baik alam maupun biologi," ujar Andani jelas Reformasi Ketahanan Kesehatan

Ketahananan lelayanan kesehatan terkait laboratorium dan fasilitas layanan kesehatan bertujuan menyediaan laboratorium yang mampu melakukan diagnosis dini, pemeriksaan cepat dan akurat serta rumah sakit yang mampu menangani pasien sedang atau berat.

"Coba kita lihat saat Pandemi, banyak rumah sakit tidak sanggup menangani pasien berat, kalau kita di Sumatera Barat, rumah sakit daerah banyak merujuk pasien ke RSUP M. Djamil, seringkali sudah terlambat dan berakhir dengan kematian. Ruangan rumah sakit tidak sesuai dengan standar infeksi, dan lain sebagainya,"ujar Andani.

Di Indonesia, pada era pandemi ini laboratorium berdiri bak jamur dimusim hujan, dengan misi berbeda-beda, kapasitas laboratorium hanya 150-200 testing per hari. Andani menambahkan bahwa laboratorium yang terlalu banyak agak menyulitkan dalam menjamin kualitas kerja, idealnya dibangun laboratorium yang bersifat sentralistik, dengan kapasitas 3.000-4.000 test per hari, sehingga dengan cara ini tidak perlu banyak laboratorium yang dibangun dalam satu daerah.

"Betapa tidak efisien jika kita harus membayar gaji banyak orang karena laboratorium banyak, namun testing sedikit. Sumbar mungkin contoh yang baik, karena punya sedikit laboratorium namun dapat menerima sampel hingga 6-8 ribu sehari," ujar Andani.

Selanjutnya Reformasi Ketahanan Kesehatan kata Andani yakni kontrol orang luar masuk Indonesia. "Ini penting karena terkait masuknya varian baru. Ingat bahwa Delta berasal dari gagalnya kita mengendalikan pendatang dari luar. Sistem logistik menjadi sangat penting, belajar dari pandemi COVID 19, kita harus mengembangkan produk dalam negeri tidak bergantung asing," ujar Andani.

Halaman:
Marhaban ya Ramadhan 2025

Penulis: Imel
Editor: BiNews

Bagikan: