ICGCS 2021 Dihadiri 50 Penyaji Berkaliber Ahli

"Seperti kita ketahui permasalahan ketidaksetaraan gender (gender equality) masih terus menerus terjadi hingga saat ini di seluruh penjuru dunia. Akar permasalahan dari masih banyaknya terjadi ketidaksetaraan gender antara lain pola asuh (nurture) dan budaya (culture) yang melekat didalam suatu daerah. Dari beberapa hasil riset juga dilaporkan bahwasannya melalui pola asuh netral gender juga mampu mendorong anak untuk menggali minat, bakat, karir dan hobi yang diinginkan,"ujar Direktur PGAK Unand itu.
1st ICGCS 2021 diketuai oleh Dr. Ike Revita, M.Hum dengan Andri Rusta, S.IP., M.PP sebagai sekretaris akan berlangsung sampai Selasa (31/8/2021).
"ICGCS ini sampai besok dengan menghadirkan pembicara-pembicara dari tujuh negara yakni Jepang, Australia, Amerika Serikat, Canada, Malaysia, Inggris, dan Indonesia," ujar Andri Rusta.
Baca juga: UNAND Resmi Buka Penerimaan Mahasiswa Baru 2025
Lima keynote speaker kata Andri tampil memberikan materi secara virtual untuk menyampaikan berbagai diskusi dan topik menarik mengenai gender, yaitu Prof. Alimatul Qibtiyah, MA, Ph.D. (UIN Sunan Kalijaga/Komnas Perempuan), Dr.Jendrius, M.Si (Universitas Andalas), Prof. Hiraishi Noriko, Tsukuba University Jepang, Dr. Adis Duderija (Griffith University, Australia), dan Dr. Bernadette P.Resurrecion (Queen's University,Canada).
"Hari pertama tadi total peserta hadir pada 1st ICGCS 2021 ini sebanyak 135 penyaji dari 50 institusi, tidak hanya universitas tetapi juga NGO serta Lembaga riset negara, seperti. Nagoya University Jepang, Portsmouth University Inggris, Universiti Kebangsaan Malaysia, Women Research Institute dengan berbagai sub tema," terang Andri Rusta.
Adapun luaran kegiatan ini direncanakan dipublikasikan di prosiding terindeks Scopus dan jurnal nasional terareditasi Sinta. Pada hari pertama ini, ada tiga pembicara kunci yakni Dr. Bernadette P Resurreccion dari Queen University, Canada, Dr. Jendrius dari Universitas Andalas, Indonesia dan Dr. Adis
Duderija dari Griffith University Australia. Dr. Bernadette P. Ressureccionmenjelaskan kaitan antara gender and climate change dimana dalam program clean and green yang mendukung kesehatan lingkungan serta kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana tidak selalu adil atau setara bagi semua gender, masih ada beberapa pihak yang termarginalkan seperti perempuan yang tidak terlibat dalam prosesnya.
"Keynote speaker dari Indonesia yang saat ini juga sebagai Ketua PPGAK, Dr. Jendrius, M.Si melalui presentasinya melaporkan terkait perceraian di mana menurut Jendrius pada 10 tahun terakhir terjadi peningkatan kasus perceraian di Indonesia," ujar Andri mereview konferensi tersebut.
Kasus cerai gugat kata Jendrius di materinya juga mengalami peningkatan, hal ini tampak pada data dari Pengadilan Agama. "Kasus perceraian lainnya yang juga banyak terjadi adalah cerai ghaib yang didefinisikan sebagai tidak diketahuinya keberadaan dari suami / istri yang menggugat," ujar Jendrius
Selain itu masih menurut Jendrius, perceraian tidak bisa dianggap sebagai hari kiamat bagi keluarga atau pasangan, bahkan perceraian bisa dianggap menjadi suatu konsekuensi positif dari hidup berpisah tetapi bersama.
Penulis: Putri
Editor: Adrian Tuswandi
Berita Terkait
- Wakil Wali Kota Maigus Nasir Ajak Guru di Kota Padang Lebih Inovatif
- Pemko Padang Jajaki Peluang Kerja Sama dengan Perguruan Tinggi Irlandia
- Wako Fadly Amran Sepakat Selesaikan Persoalan Anak Keponakan dengan Restorative Justice
- Program LKS dan Seragam Sekolah Gratis Kota Padang Segera Direalisasikan
- Walikota Fadly Amran Bersama Ketua TP PKK Dian Puspita Silaturahmi dengan PAUD Se Kota Padang