Dokter Spesialis Bedah Onkologi SPH : Kenali Gejala dan Bahaya Kanker Payudara

Jumat, 04 Juni 2021, 09:52 WIB | Kesehatan | Kota Padang
Dokter Spesialis Bedah Onkologi SPH : Kenali Gejala dan Bahaya Kanker Payudara
Dokter Spesialis Bedah Onkologi di SPH, dr. Rony Rustam, Sp.B (K)Onk
IKLAN GUBERNUR

Dokter Rony mengungkapan, sebaiknya setiap wanita memeriksakan diri agar terhindar dari resiko terkena kanker tersebut. Ia bahkan mengimbau agar setiap 7-10 hari sesudah hari pertama haid melakukan pemeriksaan mandiri pada payudaranya.

"Perbedaan umur dengan semakin meningkatnya usia, maka resiko kena kanker payudara juga semakin meningkat. Bahkan saat seseorang telah berusia 40 tahun, maka ia harus lebih intens memeriksakan diri baik secara medis maupun secara mandiri. Jika ditemukan adanya benjolan, atau nyeri-nyeri yang tidak lazim, maka harus diperiksakan ke dokter. Jangan malu dan takut karena akan mengancam nyawa jika sudah terlambat," jelasnya.

Untuk melakukan pemeriksaan, seseorang dapat melakukan pemeriksaan di SPH. Ia mengungkapkan, SPH memiliki keunggulan dalam layanan onkologi, termasuk di dalamnya untuk kasus kanker payudara.

Berbagai keunggulan SPH antara lain:

1. SPH memiliki alat diagnostik canggih seperti Mammografi dan CT Scan. Mammografi dapat digunakan sebagai alat screening dan mampu mengenal benjolan yang masih berukuran kecil.

2. Mampu melakukan operasi kanker payudara dengan tetap mempertahankan payudaranya jika kanker ditemukan masih dalam keadaan kecil dan memenuhi syarat-syarat tertentu.

3. Memiliki alat diagnostik pasti seperti Laboratorium Patologi Anatomi dan tindakan Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJAH) bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

Dokter Rony mengatakan, kasus kanker payudara masih cukup tinggi, terutama di Indonesia. Menurut data Laboratorium Patalogi Anatomi tahun 2003-2007, ada frekuensi sekitar 26-28 persen penderita kanker payudara yang datang untuk melakukan pengobatan. Sementara angka kematiannya berada pada angka 20/100.000 penderita.

Selain itu, berdasarkan laporan WHO melalui Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (The International Agency for Research on Cancer/IARC) yang terbit Desember 2020, jumlah penderita baru di Indonesia mencapai hampir 400.000 kasus selama 2020; dan 54 persen kasus terjadi pada perempuan.

Kemudian menurut perkiraan statistik, ada sekitar 23.150 kasus baru di Indonesia setiap tahunnya, namun angka tersebut tidak pasti, karena banyak juga kasus yang penderita kanker payudara tidak datang ke rumah sakit untuk memeriksakan diri.

"Karena itu, jangan sampai terlambat memeriksakan diri ke rumah sakit agar terhindar dari kanker payudara. Periksa sedari dini jika perlu. Bahkan pemeriksaan mandiri juga dapat dilakukan, silahkan cek saja panduannya di website Kemenkes atau situs kesehatan lainnya. Selain itu, sebisa mungkin hindari juga faktor resiko dari luar agar tidak menyesal di kemudian hari," tuturnya. (*/bi)

Halaman:
1 2 3 4
Marhaban ya Ramadhan 2025

Penulis: Imel
Editor: BiNews

Bagikan: