BMKG: Musim Kemarau 2025 Diprediksi Dimulai Lebih Lambat, Puncak Kekeringan Terjadi pada Agustus

Iklim Global dalam Fase Netral
BMKG juga menyampaikan bahwa fenomena iklim global seperti El Nino--Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) saat ini berada dalam fase netral. Hal ini berarti tidak ada gangguan besar dari Samudra Pasifik maupun Samudra Hindia yang berpotensi memengaruhi pola iklim secara signifikan hingga semester kedua tahun ini.
Namun, suhu muka laut di wilayah Indonesia tercatat lebih hangat dari biasanya, dan kondisi ini diperkirakan bertahan hingga September. Anomali suhu laut ini berpotensi memengaruhi cuaca lokal dan dinamika atmosfer regional.
Sifat Musim Kemarau 2025
Dari sisi karakteristiknya, musim kemarau tahun ini diprediksi akan berlangsung lebih pendek dari biasanya di sebagian besar wilayah. Sekitar 60 persen wilayah diperkirakan akan mengalami kemarau dengan intensitas normal, 26 persen wilayah lebih basah dari normal, dan 14 persen wilayah lainnya mengalami musim kemarau yang lebih kering dari biasanya.
Baca juga: Gubernur Mahyeldi Berhasil Raih Penghargaan MURI
Meski mayoritas wilayah akan mengalami kemarau lebih singkat, BMKG mengingatkan bahwa sekitar 26 persen wilayah—terutama di sebagian Sumatera dan Kalimantan—diperkirakan akan mengalami musim kemarau yang justru lebih panjang dari normalnya.
BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi kekeringan di puncak musim kemarau nanti, khususnya dalam pengelolaan sumber daya air dan sektor pertanian yang sangat bergantung pada cuaca. (bi/net)
Penulis: Imel
Editor: Imel
Berita Terkait
- Konsisten Patuhi Regulasi, PT Semen Padang Raih Penghargaan Gold IRCA 2025
- Pj. Sekda Kalaksa BPBD Sumbar Ikuti Rapat Persiapan Kunjungan Kepala BNPB ke Sumatera Barat
- Groundbreaking Flyover Sitinjau Lauik Digelar Awal Mei 2025
- Kemenag: Hilal Belum Terlihat, Secara Hisab Lebaran 31 Maret
- Lebaran 2025 Diprediksi Serentak: Simak Jadwal Libur dan Tips Mudik